STUDI KASUS KLIEN DENGAN GANGGUAN DEPRESI MAYOR DI RS X: TINJAUAN BERDASARKAN TEORI KOGNITIF BECK

Abstract

Major depressive disorder is a psychological condition that significantly impairs an individual’s emotional, cognitive, and behavioral functioning. This study aims to explore the psychological condition of a 55-year-old female client diagnosed with major depressive disorder with psychotic features, observed during a practicum placement at RS X. Data were obtained through psychological assessment techniques, including alloanamnesis, limited autoanamnesis, and direct observation. The analysis is conducted using Aaron T. Beck’s cognitive theory, which explains how distorted thought patterns can contribute to depressive symptoms. The findings show that the client experiences persistent cognitive distortions such as overgeneralization, arbitrary inference, personalization, and negative self-schemas. These distorted thinking patterns are influenced by work-related stressors and the client’s long-standing beliefs about her own inadequacy. The results emphasize how negative cognitive processes play a central role in the development and maintenance of depressive symptoms. This case study supports the relevance of cognitive theory in clinical assessment and suggests the need for cognitive restructuring interventions in similar cases.

Gangguan depresi mayor merupakan kondisi psikologis yang secara signifikan mengganggu fungsi emosional, kognitif, dan perilaku individu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi psikologis seorang klien perempuan berusia 55 tahun yang didiagnosis dengan gangguan depresi mayor dengan gejala psikotik, berdasarkan hasil observasi dan asesmen selama praktik di RS X. Data dikumpulkan melalui teknik asesmen psikologis seperti alloanamnesis, autoanamnesis terbatas, dan observasi langsung. Analisis dilakukan menggunakan teori kognitif Aaron T. Beck yang menekankan peran distorsi kognitif dalam pembentukan gejala depresi. Hasil studi menunjukkan bahwa klien mengalami distorsi berpikir yang menetap, seperti overgeneralisasi, arbitrary inference, personalisasi, serta skema negatif terhadap diri. Pola berpikir ini dipengaruhi oleh stresor terkait pekerjaan dan keyakinan lama klien mengenai ketidakmampuannya. Temuan ini menegaskan bahwa proses kognitif negatif memainkan peran sentral dalam perkembangan dan keberlangsungan gejala depresi. Studi ini juga mendukung penerapan teori kognitif dalam asesmen klinis serta menyarankan perlunya intervensi restrukturisasi kognitif pada kasus serupa.