HUBUNGAN PERUBAHAN IKLIM (SUHU, KELEMBABAN) DENGAN RISIKO OBSTRUKTIF SLEEP APNEA PADA PERKOTAAN TROPIS
Main Article Content
Abstract
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) is a condition characterized by apnea and hypopnea episodes that occur repeatedly during sleep, caused by the total or partial collapse of the upper airway. This study aims to explore the relationship between changes in environmental temperature and humidity and the risk of OSA in the region, with the goal of contributing to more effective prevention and management of OSA in tropical areas. This study is a correlational study using a cross-sectional design with a quantitative approach, aiming to determine the relationship between increased nighttime temperature and the risk of obstructive sleep apnea in tropical urban areas. The study is focused on the Ciputat subdistrict, South Tangerang City, Banten Province. The sampling method used is non-probability sampling with a purposive sampling type, with a sample size of 100 individuals who meet the characteristics and criteria of this study. Data analysis on the relationship between increasing nighttime temperatures and the risk of obstructive sleep apnea in tropical urban areas used bivariate analysis to compare the characteristics between two variables and explain the relationship between the two variables, namely the dependent variable and the independent variable, using the chi-square test for bivariate analysis assisted by data analysis software, namely the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). The results of the study indicate that there is no significant relationship between gender, age, and educational level with the risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) in the population of tropical urban areas, particularly in Ciputat District. Additionally, there was no association between health history and environment with the risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) in the tropical urban population, particularly in Ciputat District. However, there was an association between STOP-BANG scores and the risk of OSA, serving as an early detection tool for OSA risk. The STOP-BANG instrument was proven effective as a screening tool for OSA risk in the tropical urban population, particularly in Ciputat District. There is no significant association between climate change (temperature and humidity) and the risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) among the population in tropical urban areas, particularly in Ciputat District. Descriptively, respondents' perceptions indicate a tendency that individuals who perceive climate change are more likely to have a higher risk of OSA compared to those who do not perceive it.
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) adalah suatu keadaan apnea dan hipoapnea dengan episode berulang saat tidur yang disebabkan oleh kolapsnya saluran pernapasan atas secara total atau sebagian. penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara perubahan suhu dan kelembaban lingkungan dengan risiko OSA di wilayah tersebut, guna memberikan kontribusi dalam upaya pencegahan dan penanganan OSA yang lebih efektif di daerah tropis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Suhu Malam Meningkat dan Risiko Obstruktif Sleep Apnea pada Perkotaan Tropis. Penelitian ini difokuskan pada wilayah Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan jenis puposive sampling dengan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang telah memenuhi sifat dan karakteristik dalam penelitian ini. Analisis data tentang adanya Hubungan Suhu Malam Meningkat dan Risiko Obstruktif Sleep Apnea pada Perkotaan Tropis menggunakan analisis bivariate, digunakan untuk membandingkan karakteristik antara dua variabel dan menjelaskan hubungan antara dua variable tersebut yaitu variabel dependen dengan variabel independen, menggunakan uji chi-square untuk analisis bivariate dibantu dengan menggunakan software analisis data yaitu Statistical Package for Sosial Science (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada masyarakat di wilayah perkotaan tropis, khususnya di Kecamatan Ciputat. Kemudian tidak terdapat juga hubungan antara riwayat kesehatan dan lingkungan dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada masyarakat di wilayah perkotaan tropis, khususnya di Kecamatan Ciputat. Tetapi, terdapat hubungan antara skor STOP-BANG dengan risiko OSA, yaitu sebagai alat deteksi dini risiko OSA. Instrumen STOP-BANG terbukti efektif sebagai alat skrining risiko OSA pada sampel wilayah perkotaan tropis, khususnya di Kecamatan Ciputat. Dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan iklim (suhu dan kelembapan) dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada masyarakat di wilayah perkotaan tropis, khususnya di Kecamatan Ciputat. Secara deskriptif persepsi responden, ditemukan kecenderungan bahwa individu yang merasakan adanya perubahan iklim cenderung memiliki risiko OSA yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak merasakannya.