PENANGANAN FISIOTERAPI PADA TIGA PASIEN ANAK KASUS SPRAIN ANKLE DENGAN INTERVENSI THERABAND EXERCISE
Main Article Content
Abstract
Latar Belakang: Sprain ankle atau cedera ligamen pergelangan kaki merupakan salah satu jenis cedera muskuloskeletal yang sering terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang aktif dalam olahraga atau aktivitas fisik. Cedera ini umumnya terjadi akibat gerakan yang menyebabkan peregangan berlebih atau robekan pada ligamen pergelangan kaki, seperti saat anak terjatuh, mendarat dengan posisi yang tidak stabil, atau melakukan gerakan mendadak yang menyebabkan pergelangan kaki terpelintir. enanganan fisioterapi yang efektif sangat penting untuk mempercepat pemulihan dan mencegah cedera berulang. Theraband exercise, sebagai modalitas latihan resistansi progresif, menawarkan potensi besar dalam penguatan otot, peningkatan propriosepsi, dan stabilisasi sendi pergelangan kaki pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penatalaksanaan fisioterapi dengan intervensi Theraband exercise dan menganalisis dampaknya terhadap tingkat nyeri, rentang gerak sendi (ROM), keseimbangan, serta kemampuan fungsional sehari-hari pada anak dengan sprain ankle.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif kualitatif pada tiga subjek anak dengan diagnosis sprain ankle lateral. Subjek menerima intervensi Theraband exercise (meliputi gerakan dorsofleksi, plantar fleksi, inversi, dan eversi dengan resistansi progresif) sebanyak 3 kali seminggu selama 4 minggu. Parameter yang diukur meliputi intensitas nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS), ROM aktif pergelangan kaki menggunakan goniometer, keseimbangan menggunakan Single Leg Stance Test, serta observasi fungsional dan laporan orang tua. Pengukuran dilakukan sebelum intervensi (Minggu 0) dan setelah intervensi (Minggu 4). Data dianalisis secara deskriptif untuk masing-masing kasus.
Hasil: Ketiga subjek menunjukkan perbaikan yang signifikan pada parameter yang diukur. Tingkat nyeri (VAS) berkurang secara konsisten. ROM aktif dorsofleksi dan plantar fleksi meningkat pada semua subjek. Kemampuan Single Leg Stance juga menunjukkan peningkatan durasi yang signifikan. Secara fungsional, observasi dan laporan orang tua menunjukkan perbaikan yang nyata pada kemampuan berjalan (tanpa pincang), menumpu berat badan penuh, dan kembali berpartisipasi dalam aktivitas bermain dengan pengawasan.
Kesimpulan: Penatalaksanaan fisioterapi dengan intervensi Theraband exercise efektif dalam mengurangi nyeri, meningkatkan rentang gerak sendi, memperbaiki keseimbangan, dan mengembalikan kemampuan fungsional sehari-hari pada anak-anak dengan sprain ankle. Intervensi ini memanfaatkan prinsip resistansi progresif untuk memperkuat otot-otot sekitar pergelangan kaki dan meningkatkan stabilitas dinamis, yang sangat krusial dalam rehabilitasi cedera ini. Pendekatan individual dan edukasi kepada orang tua merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi.
Background: An ankle sprain, or ligament injury of the ankle, is one of the most common types of musculoskeletal injuries among children, particularly those who are active in sports or physical activities. This injury typically occurs due to movements that cause overstretching or tearing of the ankle ligaments, such as falling, landing in an unstable position, or making sudden movements that twist the ankle. Effective physiotherapy management is essential to accelerate recovery and prevent recurrence. Theraband exercise, as a form of progressive resistance training, holds great potential in strengthening muscles, enhancing proprioception, and stabilizing the ankle joint in children. This study aims to describe the physiotherapy management using Theraband exercise intervention and analyze its impact on pain levels, range of motion (ROM), balance, and daily functional abilities in children with ankle sprain.
Methods: This study employed a descriptive qualitative case study design involving three pediatric subjects diagnosed with lateral ankle sprain. The subjects received Theraband exercise intervention (including dorsiflexion, plantarflexion, inversion, and eversion movements with progressive resistance) three times per week for four weeks. Parameters measured included pain intensity using the Visual Analogue Scale (VAS), active ankle ROM using a goniometer, balance using the Single Leg Stance Test, as well as functional observation and parental reports. Measurements were conducted before the intervention (Week 0) and after the intervention (Week 4). Data were analyzed descriptively for each case.
Results: All three subjects showed significant improvements in the measured parameters. Pain levels (VAS) consistently decreased. Active dorsiflexion and plantarflexion ROM increased in all subjects. The ability to perform the Single Leg Stance also showed a notable increase in duration. Functionally, observations and parental reports indicated clear improvements in walking ability (without limping), full weight-bearing, and resumption of supervised play activities.
Conclusion:
Physiotherapy management using theraband exercise intervention is effective in reducing pain, increasing joint range of motion, improving balance, and restoring daily functional abilities in children with ankle sprain. This intervention utilizes the principle of progressive resistance to strengthen the muscles surrounding the ankle and enhance dynamic stability, which is crucial in the rehabilitation of such injuries. An individualized approach and parental education are key factors contributing to the success of the therapy.