ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH(DBD) DIWILAYAH PUSKESMAS PONDOK RANJI KOTA TANGERANG SELATAN
Main Article Content
Abstract
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) remains a major environmentally related public health issue in Indonesia, particularly in densely populated urban areas. This study aims to analyze the relationship between environmental factors including population density, environmental sanitation, and climate change and the incidence of DHF in the working area of Pondok Ranji Public Health Center, South Tangerang City. A quantitative approach with a cross-sectional design was employed, involving 100 households selected through purposive sampling. Data were collected via structured questionnaires, direct environmental observation, and medical records. Statistical analysis was conducted using univariate and bivariate methods with the chi-square test (α = 0.05). The results show that 42% of respondents reported at least one family member affected by DHF in the past year. Most respondents live in high-density areas (63%), with poor environmental sanitation (49%), and experienced significant climate changes (70%). Chi-square analysis revealed that only environmental sanitation had a statistically significant association with DHF incidence (p = 0.003), while population density (p = 0.317) and climate change (p = 0.568) showed no significant correlation. This study concludes that poor household environmental conditions substantially contribute to the rise in DHF cases.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada kawasan padat penduduk urban. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan yang meliputi kepadatan penduduk, kebersihan lingkungan, dan perubahan iklim dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Pondok Ranji Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 kepala keluarga dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur, observasi lingkungan, dan data rekam medis dari Puskesmas. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42% responden pernah mengalami kejadian DBD dalam satu tahun terakhir. Sebagian besar responden tinggal di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi (63%), lingkungan kurang bersih (49%), dan mengalami perubahan iklim signifikan (70%). Uji statistik menunjukkan bahwa hanya variabel kebersihan lingkungan yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian DBD (p = 0,003), sedangkan kepadatan penduduk (p = 0,317) dan perubahan iklim (p = 0,568) tidak signifikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kebersihan lingkungan rumah tangga berperan penting terhadap peningkatan kasus DBD.