Makna Simbolis Upacara Ritual Kalomba Pada Masyarakat Suku Kajang Luar Kabupaten Bulukumba (Kajian Simbol dan Makna)

Main Article Content

Putri Rahmayanti Husain Putri
Jumadi
St. Junaeda

Abstract

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  bagaimana  makna  simbolis  upacara  ritual kalomba pada masyarakat suku Kajang Luar Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukanobservasi  di lokasi penelitian dan wawancara  dengan beberapa informan dan dilengkapi dengan dokumen yang diperoleh dari  instansi  setempat  dan  dokumentasi  berupa foto yang di ambil  oleh  peneliti ketika turun kelapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upacara ritual kalomba bagi masyarakat suku Kajang di desa Pantama, memiliki makna yang terkandung di  dalam setiap simbolnya. Simbol yang dimaksudkan terbagi atas dua, yaitu makanan dan juga peralatan. Makanan yang menjadi simbol dalam upacara adat ini ialah songkolo putih bermakna  kesucian, songkolo  hitam bermakna kekuatan, ayam  kampung bermakna  keberanian,  dan  beras  bermakna  kemakmuran. Selain itu, berbagai jenis buah juga di hidangkan dalam upacara ritual ini. Dimana buah-buah yang dihidangkan ini bermakna sebagai kesejahteraan dan penghormatan pada roh leluhur.  Kemudian kue (jajanan) yang di hidangkan dalam upacara ritual ini bermakna sebagai doa dan pengharapan masyarakat suku Kajang. Kemudian peralatan yang digunakan seperti sulo safari (pelita/lampu kemiri) bermakna ritual kalomba akan segera dimulai, tala maknanya supaya anak tersebut menjadi kuat pendengarannya, tide tongko (tempat penyimpanan makanan yang terbuat dari daun lontara) bermakna kesederhanaan, batu leppa bermakna sebagai penetralisir dalam tubuh sehingga masyarakat Kajang meyakini memiliki manfaat yang baik  dan jika di minum memiki pertahanan  tubuh  yag  kuat, ju'ju (semacam sapu lidi aren) dimaknai dapat menghindarkan anak dari penyakit tuli  (mendengar dan menurut sama orang  tua) dan penyakit yang  timbul  dikulit si anak, raung  paddingin dan bue lelleng bermakna sebagai  ramuan  obat  dan  tanda  akan  upacara  kalomba  menjadi  dingin  dan  membawa  berkah.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section

Articles

How to Cite

Makna Simbolis Upacara Ritual Kalomba Pada Masyarakat Suku Kajang Luar Kabupaten Bulukumba (Kajian Simbol dan Makna). (2025). Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 10(8), 131-140. https://doi.org/10.9963/d7gr9f94

References

Damayanti, I. (2016). Upacara Kalomba Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Studi Kasus Masyarakat Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, Makassar: Program Pascasarjana, UINAM.

Gunawan, I, (2015). Metode Peneltian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Koentjaraningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Mas Alim Katu. (2005). Manusia Kajang (Syaff Muhtamar (ed.)). Makassar: Pustaka Refleksi.

Moh. Nazir. (2014). Metode penelitian (R. Sikumbang (ed.)). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta.

Syam, L.I.S. (2017). Pergeseran Makna Tradisi Kalomba Bagi Komunitas kajang Dalam Tana Toa di Bulukumba. Study KasusKawasan AdatTanah Toa Dusun Sobbu Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, Makassar, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNHAS.

Syofian, S, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS, , Jakarta: Kencana PT Fajar Interpratama Mandiri.

Yusuf Akib. (2005). Ammatoa: Komunitas Berbaju Hitam (1st ed.). Makassar: Pustaka Refleksi.

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.