PERJALANAN INTELEKTUAL IBNU TUFAYL DALAM KARYA ALONE ON A DESERT ISLAND DAN PENGALAMAN PERANG USAMAH BIN MUNQIDZ DALAM KARYA A MOSLEM VIEW OF THE CRUSADERS
Main Article Content
Abstract
This article examines the thoughts of two medieval Muslim intellectuals, Ibn Tufayl and Usamah bin Munqidh, in the context of the search for the meaning of life. Ibn Tufayl, through his work Hayy bin Yaqzan, depicts the intellectual journey of a man seeking truth independently, without societal influence, through observation and reason. This work depicts the journey of an individual who discovers the essence of life through personal experience and rational inquiry, as well as delving into important concepts such as solitude and introspection in understanding existence. On the other hand, Usamah bin Munqidh in Kitab al-I‘tibar provides a historical account of Muslim interactions with the Crusaders, presenting a realist perspective in understanding life through real experiences on the battlefield. In this work, Usamah not only recounts the events of war but also offers personal reflections on the moral, existential, and social challenges he faced. This article compares the approaches of the two figures in seeking the meaning of life between philosophical reflection and direct experience, and explores the relevance of their thoughts in the Islamic intellectual discourse and the challenges of the modern world. This article examines the thoughts of two medieval Muslim intellectuals, Ibn Tufayl and Usamah bin Munqidh, focusing on the search for meaning in life and how they depict their intellectual journeys in different contexts. This article compares the approaches of the two figures in the search for the meaning of life: Ibn Tufayl through philosophical reflection detached from the social world, while Usamah bin Munqidh emphasizes the importance of direct experience as a means to understand the truth. With a qualitative descriptive approach, this article also explores the relevance of both thinkers' ideas in the Islamic intellectual discourse and their impact on the challenges of the modern world, where individuals often find themselves caught between philosophical idealism and harsh social realities. Through this analysis, the article aims to provide deeper insights into the contributions of both figures to Islamic thought and the relevance of their ideas in addressing contemporary existential crises.
Artikel ini mengkaji pemikiran dua tokoh intelektual Muslim abad pertengahan, Ibn Tufayl dan Usamah bin Munqidz, dalam konteks pencarian makna hidup. Ibn Tufayl, melalui karyanya Hayy bin Yaqzan, menggambarkan perjalanan intelektual seorang manusia yang mencari kebenaran secara mandiri, tanpa pengaruh masyarakat, melalui observasi dan akal. Karya ini menggambarkan perjalanan seorang individu yang menemukan hakikat kehidupan melalui pengalaman pribadi dan pencarian rasional, serta menggali konsep-konsep penting seperti kesendirian dan introspeksi dalam memahami keberadaan. Di sisi lain, Usamah bin Munqidz dalam Kitab al-I‘tibar memberikan kesaksian historis tentang interaksi Muslim dengan Tentara Salib, menampilkan perspektif realisme dalam memahami kehidupan melalui pengalaman nyata di medan perang. Dalam karya ini, Usamah tidak hanya menceritakan peristiwa-peristiwa perang, tetapi juga refleksi pribadi terhadap tantangan moral, eksistensial, dan sosial yang dihadapinya. Artikel ini membandingkan pendekatan kedua tokoh dalam mencari makna hidup antara refleksi filosofis dan pengalaman langsungserta mengeksplorasi relevansi pemikiran mereka dalam wacana intelektual Islam dan tantangan dunia modern. Artikel ini mengkaji pemikiran dua tokoh intelektual Muslim abad pertengahan, Ibn Tufayl dan Usamah bin Munqidz, dengan fokus pada pencarian makna hidup dan cara mereka menggambarkan perjalanan intelektual dalam konteks yang berbeda. Artikel ini membandingkan pendekatan kedua tokoh dalam pencarian makna hidup: Ibn Tufayl melalui refleksi filosofis yang terpisah dari dunia sosial, sementara Usamah bin Munqidz menekankan pentingnya pengalaman langsung sebagai sarana untuk memahami kebenaran. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif, artikel ini juga menggali relevansi pemikiran keduanya dalam wacana intelektual Islam serta dampaknya terhadap tantangan-tantangan dunia modern, di mana individu sering kali terjebak antara idealisme filosofis dan realitas sosial yang keras. Melalui analisis ini, artikel bertujuan untuk memberikan wawasan lebih dalam mengenai kontribusi kedua tokoh terhadap pemikiran Islam dan relevansi pemikiran mereka dalam menghadapi krisis eksistensial kontemporer. Diasosiasikan dengan berbagai tampilan, seringkali disertai kata-kata dan gambar, untuk mengumumkan lokasi dan sifat usaha, khususnya dalam hal barang mewah untuk kelas menengah ke atas, oleh karena itu peneliti memperluas makna yang lebih luas dari iklan. semiotika melalui teori kemewahan Thorstein Veblen.