MEMAAFKAN BUKAN MELUPAKAN: EFEKTIVITAS PSIKOEDUKASI PEMAAFAN SEBAGAI UPAYA PEMULIHAN EMOSIONAL REMAJA
Main Article Content
Abstract
Masa remaja adalah fase transisi dari anak-anak menuju dewasa, di mana remaja sering mengalami konflik baik dalam diri sendiri maupun dengan orang lain yang dapat menyebabkan luka emosional. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk membantu remaja mengatasi luka ini adalah dengan menerapkan konsep pemaafan. Pemaafan merupakan sebuah pilihan, di mana individu memutuskan apakah mereka ingin memaafkan atau tidak. Dalam hal ini, psikoedukasi berperan untuk membantu mengatasi kesalahpahaman remaja mengenai makna pemaafan. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu remaja mengelola luka emosional melalui pendekatan pemaafan. Kegiatan dilatarbelakangi oleh banyaknya remaja yang mengalami konflik hubungan, tekanan emosional, dan kesulitan dalam memahami serta memproses emosi negatif. Rangkaian kegiatan terdiri dari pembukaan, penyampaian materi, aktivitas pengolahan emosi secara aman, pembagian bingkisan, dan penutupan. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan kesadaran emosional, keterbukaan dalam mengekspresikan perasaan, kemampuan memaknai pengalaman negatif, serta tumbuhnya empati dan hubungan sosial yang lebih sehat. Melalui diskusi dan latihan empati, peserta belajar melihat perspektif orang lain, termasuk memahami alasan di balik perilaku yang menyakiti mereka. Beberapa peserta bahkan menyatakan keinginan untuk memperbaiki hubungan yang sempat renggang.
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
ARIF, I. S. (2016). Psikologi Positif:pendekatan saintifik menuju kebahagiaan.
Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 12(1), 21. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9
Enright, R. D., & Fitzgibbons, R. P. (2000). Helping clients forgive: An empirical guide for resolving anger and restoring hope. American Psychological Association.
Fatah, V. F., Nursyamsiyah, N., & Susanti, S. (2024). Efektifitas Psikoedukasi “Kesmen” Terhadap Status Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 16(2), 402–410. https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i2.2538
Ginting, T. I., & Sakti, H. (2015). MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN Abstrak dalam lingkup rumah tangga atau memiliki hubungan khusus untuk tujuan. Jurnal Empati, 4(1), 182–187. https://media.neliti.com/media/publications/89984-ID-dinamika-pemaafan-pada-remaja-putri-yang.pdf
Marhan, C., Yunita, A., Ambar Pambudhi, Y., Sriwaty Sunarjo, I., Surazal Qalbi, L., & Abas, M. (2022). Program Psikoedukasi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Pencegahan Bullying Bagi Remaja. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 196–202.
Mela, A. F., Ariani, I., Willa, C., Waworuntu, R. V., Victoria, R., Wewo, S. N., Eunike, L., Mari, T., Alzuhri, Z. Z., & Pello, C. (2024). Psikoedukasi Trauma dan Pelatihan Tas Siaga Bencana Pada Anak dan Remaja di Desa Pukdale. 04(06), 490–498.
Saraswati, L., Dethan, K., & Mardi, N. (2025). Melewati Luka , Merajut Resiliensi : Pengalaman Remaja yang Pernah Mengalami Bullying Overcoming Wounds , Weaving Resilience : The Experiences of Adolescents Who Have Faced Bullying. 9(1), 8–22.