St. Nursheilla Nugroho, Nur Masita, Rahmadhika Eka Yuwana, George Gabriel Wongady Sosang, Inan Jazilaturrohmah, Firdausi Nuzula Niamillah, Andhika Fathurrohman, Zalfa Alya Nur Aribah, M. Afis Danata, Muhammad Fauzan Habibi, Ayunda Puspa Fathma Azzahra, Labiba Nareswari Suprapto, Jayvero Glorify Sembiring, Selvi Dwi Anggraini (Author)
Air lindi merupakan limbah cair berbahaya yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah organik di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Kandungan zat organik, logam berat, serta padatan terlarut di dalamnya dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan jika tidak ditangani dengan tepat. Di sisi lain, akses terhadap air bersih dan layak sanitasi masih menjadi tantangan di berbagai wilayah. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang efisien dan berkelanjutan untuk mengolah air lindi agar dapat dimanfaatkan kembali sebagai air sanitasi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji sistem filtrasi air lindi yang terintegrasi dengan sensor kualitas air berbasis Arduino Mega. Sistem ini menggunakan media filtrasi berupa pasir silika, karbon aktif, sabut kelapa, dan membran ultrafiltrasi, serta dilengkapi dengan empat jenis sensor: sensor pH (SEN0161-V2), sensor TDS (SEN0244), sensor turbiditas (SEN0189), dan sensor temperatur (DS18B20). Kalibrasi dilakukan terhadap sensor pH dan TDS menggunakan larutan standar, menghasilkan kurva regresi dengan tingkat akurasi tinggi (R² > 0,98). Pengujian sistem dilakukan selama 10 menit dengan pencatatan data tiap menit. Hasil menunjukkan bahwa sistem mampu meningkatkan pH air limbah dari 1,08 menjadi 8,475, menurunkan turbiditas dari 5,38 NTU menjadi 4,867 NTU, serta mempertahankan nilai TDS di bawah ambang batas aman (<1000 ppm). Temperatur air pasca-filtrasi tercatat stabil pada 28,23°C. Analisis keberlanjutan menunjukkan bahwa sistem ini ramah lingkungan, ekonomis, dan berpotensi diimplementasikan pada skala komunitas. Meskipun penurunan TDS belum signifikan, sistem telah memenuhi sebagian besar kriteria air sanitasi berdasarkan Permenkes No. 32 Tahun 2017.
Leachate is a hazardous liquid waste generated from the decomposition of organic matter in landfills. It contains organic substances, heavy metals, and dissolved solids that pose serious environmental and health risks if left untreated. Meanwhile, access to clean and safe sanitation water remains a challenge in many regions. Therefore, an efficient and sustainable solution is needed to treat leachate for reuse as sanitation water. This study aims to design and test a leachate filtration system integrated with water quality sensors based on Arduino Mega. The system uses filtration media such as silica sand, activated carbon, coconut fiber, and ultrafiltration membranes, and is equipped with four types of sensors: pH sensor (SEN0161-V2), TDS sensor (SEN0244), turbidity sensor (SEN0189), and temperature sensor DS18B20. Calibration was conducted for the pH and TDS sensors using standard solutions, resulting in regression curves with high accuracy (R² > 0.98). The system was tested over a 10-minute period with data recorded each minute. Results show the system effectively increased leachate pH from 1.08 to 8.475, reduced turbidity from 5.38 NTU to 4.867 NTU, and maintained TDS levels below the safety threshold (<1000 ppm). The post-filtration temperature remained stable at 28.23°C. Sustainability analysis indicates that the system is environmentally friendly, cost-effective, and has strong potential for community-scale implementation. Although TDS reduction was not yet significant, the system meets most sanitation water standards according to Indonesian Health Regulation No. 32 of 2017.
