ANALISIS KOMENTAR PADA AKUN TIKTOK @SEPUTAR JAWA TIMUR TENTANG DEKORASI TONGKLEK
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana interaksi dan komunikasi lintas budaya terbentuk melalui diskusi masyarakat Madura dan Tuban terhadap inovasi dekorasi tongklek di platform TikTok, khususnya pada akun @seputarjawatimur. Dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif terhadap komentar-komentar pengguna, studi ini menemukan bahwa media sosial tidak hanya berfungsi sebagai ruang promosi budaya, tetapi juga sebagai arena negosiasi identitas dan pertukaran nilai antar komunitas. Hasil analisis menunjukkan adanya dialektika antara upaya pelestarian nilai-nilai tradisional dan tuntutan inovasi visual yang dipicu oleh eksposur lintas budaya di media digital. TikTok, sebagai media sosial berbasis video, memfasilitasi terjadinya pertukaran ide, apresiasi, bahkan perdebatan konstruktif mengenai orisinalitas dan adaptasi budaya. Fenomena ini memperlihatkan bahwa komunikasi lintas budaya di media sosial dapat memperkaya pemahaman dan toleransi, namun juga dapat memunculkan tantangan baru seperti komodifikasi dan penyederhanaan makna budaya. Penelitian ini menegaskan pentingnya literasi digital dan sensitivitas budaya dalam menjaga keberlanjutan tradisi di tengah arus globalisasi digital.
This study explores how cross-cultural interaction and communication are formed through Madurese and Tubanese communities' discussion of tongklek decoration innovation on the TikTok platform, specifically on the @seputarjawatimur account. Using a qualitative content analysis method of user comments, this study found that social media not only functions as a space for cultural promotion, but also as an arena for identity negotiation and value exchange between communities. The results of the analysis show a dialectic between efforts to preserve traditional values and the demands of visual innovation triggered by cross-cultural exposure in digital media. TikTok, as a video-based social media, facilitates the exchange of ideas, appreciation, and even constructive debates about cultural originality and adaptation. This phenomenon shows that cross-cultural communication on social media can enrich understanding and tolerance, but it can also create new challenges such as commodification and simplification of cultural meanings. This research confirms the importance of digital literacy and cultural sensitivity in maintaining the sustainability of traditions in the midst of digital globalization.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Anista, S. (2023). Media sosial dan komunikasi lintas budaya. Jurnal Komunikasi Digital, 7(1), 45–59.
Anjarini, R. (2024). Analisis isi dalam penelitian media sosial. Jurnal Komunikasi Digital, 8(1), 55–67.
Astuti, R., & Prasetyo, T. (2021). Inovasi seni pertunjukan tradisional di era digital. Jurnal Seni dan Budaya, 9(1), 33–47.
Budianto, A., & Ramadhani, S. (2024). Komodifikasi budaya dalam konten media sosial. Jurnal Media dan Masyarakat, 12(3), 55–68.
Cahyani, N. P., & Yusuf, M. (2020). Transformasi budaya melalui platform digital. Jurnal Teknologi dan Budaya, 5(2), 88–99.
Dewi, L. S., & Nugroho, A. (2021). Akulturasi budaya dalam seni pertunjukan modern. Jurnal Budaya Nusantara, 8(2), 120–134.
Fitriasari, P. D. (2018). Musik Gugah Sahur Madura: Inovasi dan Transformasi. Jurnal Seni Tradisi, 14(2), 112–124.
Fadillah, R., & Putra, H. (2023). Persepsi masyarakat terhadap inovasi seni tradisional di media sosial. Jurnal Komunikasi dan Budaya, 11(1), 72–85.
Fitriani, D., & Santoso, B. (2022). Literasi digital dan pelestarian budaya daerah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 14(1), 45–59.
Gudykunst, W. B. (2018). Bridging differences: Effective intergroup communication. Sage.
Hidayat, S., & Lestari, P. (2021). Komunikasi lintas budaya di era globalisasi digital. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 9(3), 140–153.
Iskandar, F., & Pratiwi, R. (2024). Pengaruh media sosial terhadap identitas budaya generasi muda. Jurnal Psikologi Sosial, 10(2), 65–78.
Kusuma, A., & Wijaya, T. (2020). Perubahan makna tradisi akibat digitalisasi. Jurnal Antropologi Indonesia, 41(2), 112–126.
Moelong, L. J. (2017). Metodologi penelitian kualitatif (Edisi Revisi). Remaja Rosdakarya.
Mulyani, S., & Kurniawan, D. (2021). TikTok sebagai media ekspresi budaya lokal. Jurnal Komunikasi Visual, 6(2), 98–110.
Nourmayansa Vidya Anggraini. (2020). Konsep kebudayaan menurut Ralph Linton. Jurnal Antropologi Sosial, 5(1), 22–34.
Nurcahyati, D. (2021). Media sosial sebagai alat pelestarian budaya lokal. Jurnal Komunikasi dan Budaya, 9(2), 88–99.
Paramitha Dyah Fitriasari. (2018). Musik Gugah Sahur Madura: Antara Tradisi dan Inovasi. Jurnal Seni Musik Nusantara, 13(1), 45–59.
Putri, M. A., & Suryandari, N. (2025). Analisis komentar pada akun TikTok @seputarjawatimur tentang dekorasi tongklek. Universitas Trunojoyo Madura.
Risti, A., et al. (2023). Risiko komodifikasi budaya di media sosial. Jurnal Ilmu Sosial, 8(2), 77–89.
Rizal, M., et al. (2025). Transformasi budaya lokal di era digital. Jurnal Budaya dan Teknologi, 10(2), 120–134.
Rogers, E. M. (2003). Diffusion of innovations (5th ed.). Free Press.
Sari, M., & Wulandari, F. (2022). Adaptasi budaya lokal dalam era digitalisasi. Jurnal Antropologi Digital, 3(1), 50–63.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sutrisno, E., & Hapsari, D. (2024). Media sosial sebagai ruang negosiasi identitas budaya. Jurnal Komunikasi Kontemporer, 8(2), 90–104.
Tajfel, H., & Turner, J. C. (2004). The social identity theory of intergroup behavior. In J. T. Jost & J. Sidanius (Eds.), Political psychology: Key readings (pp. 276–293). Psychology Press.
Wahyuni, S., & Pramudito, A. (2021). Tantangan pelestarian budaya di media sosial. Jurnal Ilmu Budaya, 13(2), 115–128.