KENDALA PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN DENGAN ZAT BERBAHAYA: STUDI KASUS SIANIDA
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini mengkaji kendala dalam pembuatan visum et repertum (VeR) pada kasus pembunuhan menggunakan zat berbahaya, dengan studi kasus sianida. Kendala utama meliputi identifikasi awal yang sulit akibat gejala tidak spesifik, keterbatasan fasilitas laboratorium, degradasi sampel, dan kompleksitas interpretasi hasil toksikologi. Metode penelitian menggabungkan pendekatan normatif (analisis regulasi seperti KUHAP dan Permenkes No. 36 Tahun 2012) dan empiris (wawancara dengan dokter forensik dan penyidik). Temuan menunjukkan bahwa koordinasi multidisiplin, tekanan waktu, serta kurangnya pelatihan spesialisasi toksikologi forensik menghambat penyusunan VeR yang akurat. Rekomendasi mencakup peningkatan kapasitas laboratorium, standarisasi protokol, dan pelatihan berkelanjutan untuk mendukung peran VeR sebagai alat bukti yang valid dalam proses peradilan.
This study examines the challenges in preparing visum et repertum (VeR) for murder cases involving hazardous substances, with a focus on cyanide. Key obstacles include difficult initial identification due to nonspecific symptoms, limited laboratory facilities, sample degradation, and complex toxicology interpretation. The research employs a mixed-method approach, combining normative analysis (e.g., Indonesian Criminal Procedure Code/KUHAP and Ministry of Health Regulation No. 36/2012) and empirical data (interviews with forensic doctors and investigators). Findings reveal that multidisciplinary coordination, time constraints, and lack of specialized toxicology training hinder accurate VeR preparation. Recommendations include enhancing laboratory capacity, standardizing protocols, and continuous training to strengthen VeR's validity as legal evidence in court proceedings.