Menumbuhkan Resiliensi di Tengah Trauma Kompleks: Studi Kasus Intervensi Berbasis Informasi Trauma dan Peningkatan Efikasi Diri pada Remaja Penyintas HIV di Indonesia

Abstract

Remaja yang hidup dengan trauma kompleks, terutama yang 
diperparah oleh status HIV dan kondisi kerentanan sosial, 
merupakan salah satu populasi yang paling menantang dalam 
praktik pekerjaan sosial. Studi kasus ini menyajikan analisis 
mendalam mengenai intervensi pekerjaan sosial yang berhasil 
pada seorang klien remaja perempuan berusia 15 tahun di sebuah 
institusi sosial di Medan, Indonesia. Klien, yang diidentifikasi 
sebagai "J.A.", adalah seorang penyintas kekerasan seksual sejak 
usia dini yang mengakibatkan infeksi HIV, dan menunjukkan 
gejala awal berupa apatis, rasa percaya diri yang rendah, serta 
disorientasi masa depan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk 
mendekonstruksi keberhasilan intervensi dengan memetakan 
praktik yang dilakukan ke dalam kerangka kerja teoretis yang 
kohesif. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif 
terhadap laporan praktik lapangan yang terperinci, yang 
diperkaya dengan literatur akademis mengenai Trauma-Informed 
Care (TIC), Motivational Interviewing (MI), dan Teori Efikasi Diri 
(Self-Efficacy Theory). Hasil analisis menunjukkan bahwa 
keberhasilan intervensi tidak bersifat acak, melainkan merupakan 
hasil dari penerapan sinergis dari tiga pilar teoretis: (1) 
Penciptaan keamanan relasional melalui prinsip-prinsip TIC, yang 
menjadi fondasi bagi proses terapeutik; (2) Penggunaan teknik MI 
untuk membangkitkan motivasi intrinsik dan agensi klien, yang 
secara efektif mengatasi sikap apatisnya; dan (3) Implementasi 
kegiatan terstruktur yang secara sistematis membangun efikasi 
diri klien melalui pengalaman penguasaan (enactive mastery) dan 
pengalaman vikarius (vicarious experience). Transformasi 
signifikan pada klien—dari apatis menjadi memiliki semangat 
juang yang tinggi, tujuan hidup yang jelas, dan kemandirian—
 dapat diatribusikan pada sekuens intervensi yang logis ini. Studi 
kasus ini menyimpulkan bahwa model intervensi terintegrasi yang 
menggabungkan keamanan, motivasi, dan pemberdayaan 
keyakinan diri menawarkan sebuah kerangka kerja yang kuat dan 
dapat direplikasi untuk praktik pekerjaan sosial dengan remaja yang menghadapi kerentanan berlapis, khususnya dalam konteks 
budaya Indonesia yang sarat dengan stigma. Implikasi untuk 
praktik, kebijakan institusional, dan penelitian lebih lanjut juga 
dibahas secara mendalam.