Peran Sistem Keluarga dalam Mendukung Laki-Laki Feminin yang Mengalami Quarter Life Crisis

Main Article Content

Fairuuziyah Rahmi Hamuda
Ellyana Ilsan Eka Putri, M.Psi

Abstract

Laki-laki feminin kerap menghadapi tekanan sosial akibat ketidaksesuaian antara ekspresi gender dan norma maskulinitas tradisional. Ketika memasuki fase quarter life crisis, tekanan ini dapat meningkat dan menimbulkan krisis identitas serta ketidakstabilan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran sistem keluarga dalam mendukung laki-laki feminin yang mengalami quarter life crisis. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap lima partisipan laki-laki feminin berusia 20–30 tahun. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan lima tema utama: (1) struktur peran dalam keluarga, (2) pola komunikasi dalam keluarga, (3) penerimaan terhadap ekspresi gender feminin, (4) dukungan emosional dalam fase krisis, dan (5) peran keluarga dalam membentuk strategi coping. Temuan ini diharapkan menjadi kontribusi dalam pengembangan ilmu psikologi perkembangan dan gender serta sebagai dasar intervensi bagi konselor dan keluarga.


Article Details

Section

Articles

How to Cite

Peran Sistem Keluarga dalam Mendukung Laki-Laki Feminin yang Mengalami Quarter Life Crisis. (2025). Liberosis: Jurnal Psikologi Dan Bimbingan Konseling, 16(1), 131-140. https://ejournal.cahayailmubangsa.institute/index.php/liberosis/article/view/5288

References

Asrar, A. M., & Taufani. (2022). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Quarter Life Crisis pada Dewasa Awal. In JIVA: Journal of Behavior and Mental Health E (Vol. 3, Issue 1).

Bem, S. L. (1974). The measurement of psychological androgyny. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 42(2), 155–162. https://doi.org/10.1037/h0036215

Bem, S. L. (1981). Gender Schema Theory : A Cognitive Account of Sex Typing. American Psychological Association, 88(4), 354–364.

Bowen, M. (1978). Family Therapy in Clinical Practice. In Sustainability (Switzerland) (Vol. 11, Issue 1). http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI

Connell, A. R. W., & Messerschmidt, J. W. (2005). Hegemonic Masculinity : Rethinking the Concept. Gender and Society, 19(6), 829–859. https://doi.org/10.1177/0891243205278639

Fujiati, D. (2014). Relasi Gender dalam Institusi Keluarga. Muwazah, 6(2), 32–54.

Khavifah, N., Lubis, F. O., Oxcygentri, O., Singaperbangsa, U., & Abstract, K. (2022). Konstruksi Sosial Stereotip Laki-Laki Feminin (Studi Kasus Pada Laki-laki Feminin di Kabupaten Karawang). Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(22), 510–518. https://doi.org/10.5281/zenodo.7356981

Masluchah, L., Mufidah, W., & Lestari, U. (2022). Konsep diri dalam Menghadapi Quarter Life Crisis. IDEA : Jurnal Psikologi, 6, 14–29.

Putri, R. D., Rahmi, Y., & Armalid, I. I. (2022). Dampak Ketiadaan Figur Ayah pada Gender Role Development Seorang Anak. Flourishing Journal, 2(6), 447–456. https://doi.org/10.17977/um070v2i62022p447-456

Walsh, F. (2016). Strengthening Family Resilience (3rd ed.). The Guilford Press.

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.