STATUS DARAH DAN KUASA BAHASA: ANALISIS POST-STRUTURALIS ATAS IDENTITAS KARAKTER DALAM NOVEL ”HARRY POTTER”

Abstract

Isu status darah dalam Harry Potter bukan sekadar elemen dunia fantasi, melainkan konstruksi sosial yang mencerminkan hierarki, eksklusi, dan relasi kuasa. Istilah seperti pure-blood, half-blood, dan muggle-born digunakan bukan hanya untuk membedakan garis keturunan, tetapi juga untuk menetapkan posisi sosial, legitimasi, dan otoritas dalam masyarakat sihir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana identitas karakter dibentuk dan dinegosiasikan melalui wacana tentang status darah. Pendekatan post-strukturalis digunakan sebagai kerangka teoritis, khususnya pemikiran Michel Foucault tentang wacana dan kuasa, serta konsep identitas cair dari Stuart Hall. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kualitatif dengan fokus pada narasi, dialog, dan penggunaan bahasa dalam teks. Temuan utama menunjukkan bahwa status darah dalam novel berfungsi sebagai perangkat ideologis yang mereproduksi relasi kuasa. Bahasa menjadi alat untuk meneguhkan atau menggugat posisi sosial karakter. Identitas tokoh-tokoh seperti Hermione, Harry, dan Draco terbentuk dalam ketegangan antara label sosial dan resistensi terhadapnya. Kesimpulannya, Harry Potter tidak hanya membangun dunia sihir, tetapi juga mencerminkan pertarungan simbolik seputar kuasa, identitas, dan representasi yang relevan dengan dinamika masyarakat kontemporer.