DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU AGRESIF DAN SELF-HARM: STUDI KASUS PADA KORBAN KEKERASAN MASA KECIL

Main Article Content

Kanestren Salsabila
Anniez Rachmawati Musslifah

Abstract

Kekerasan dalam pengasuhan anak telah diakui sebagai masalah kesehatan global dengan dampak jangka panjang terhadap perkembangan psikologis dan perilaku individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman subjektif korban kekerasan masa kecil dan manifestasinya dalam bentuk perilaku agresif serta self-harm di masa dewasa melalui pendekatan studi kasus kualitatif. Partisipan penelitian adalah seorang dewasa muda berinisial DDK (22 tahun) yang memiliki riwayat kekerasan fisik dan emosional kronis sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam semi-terstruktur selama dua sesi dengan total durasi 6-7 jam, kemudian dianalisis secara tematik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pola asuh keras yang diterima DDK (pemukulan rutin 3-4 kali/minggu dan pengabaian emosional) berkontribusi pada perkembangan: (1) perilaku agresif terhadap orang lain (memukul teman sejak SD, perkelahian di masa dewasa), dan (2) self-harm (menoreh lengan, membenturkan kepala) sebagai strategi maladaptif pengaturan emosi. Analisis lebih lanjut mengidentifikasi tiga distorsi kognitif: personalisasi, learned helplessness, dan proyeksi, yang konsisten dengan teori trauma kompleks van der Kolk (2015). Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi pengembangan intervensi berbasis trauma yang memadukan pendekatan psikologis (regulasi emosi, kognitif) dengan pertimbangan konteks sosio-kultural Indonesia. Keterbatasan utama terletak pada generalisasi temuan karena sifat studi kasus tunggal, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel lebih beragam.


Child maltreatment has been recognized as a global health issue with long-term consequences for psychological and behavioral development. This qualitative case study aims to deeply explore the subjective experiences of childhood abuse victims and its manifestations in aggressive behavior and self-harm during adulthood. The participant, a young adult with the initial DDK (22 years old), had a history of chronic physical and emotional abuse from childhood to adolescence. Data were collected through two in-depth semi-structured interviews (totaling 6-7 hours) and analyzed thematically. Findings revealed that DDK’s harsh parenting experiences (routine beatings 3-4 times/week and emotional neglect) contributed to: (1) aggressive behaviors toward others (hitting peers since elementary school, adult physical fights), and (2) self-harm (cutting arms, head-banging) as maladaptive emotion regulation strategies. Further analysis identified three cognitive distortions: personalization, learned helplessness, and projection, aligning with van der Kolk’s (2015) complex trauma theory. The study provides practical implications for trauma-informed interventions integrating psychological approaches (emotional regulation, cognitive restructuring) with socio-cultural considerations in the Indonesian context. The main limitation lies in the generalizability due to the single-case design, suggesting the need for further research with more diverse samples.

Article Details

Section

Articles