TREN KEJADIAN HIPERTENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SITU GINTUNG

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dan dikenal sebagai silent killer karena sering tidak menimbulkan gejala hingga menimbulkan komplikasi serius seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Situ Gintung, prevalensi hipertensi cukup tinggi, dipengaruhi oleh faktor risiko seperti konsumsi garam berlebih, penggunaan bumbu penyedap, dan kurangnya aktivitas fisik. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi dan efektivitas intervensi SEHATI (Senam Sehat Bersama & Edukasi Aktivitas Fisik) dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan pada 4–27 Februari 2025 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Situ Gintung. Populasi mencakup seluruh warga di 14 RW, dengan sampel diambil secara random sampling menggunakan metode survei cepat (30 RT × 7 responden). Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara kepada anggota rumah tangga usia ≥15 tahun, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan kesehatan puskesmas tahun 2024. Analisis dilakukan secara deskriptif, penentuan prioritas masalah dengan metode USG, analisis penyebab menggunakan fishbone diagram, dan alternatif pemecahan masalah dengan metode M.I.V/C. Hasil: Prevalensi hipertensi pada responden mencapai 61%. Sebagian besar responden mengonsumsi makanan asin (67,1% setiap hari atau lebih), bumbu penyedap (68,1% setiap hari atau lebih), dan sebagian mengonsumsi mie instan dengan frekuensi tinggi (21,9% setiap hari atau lebih). Intervensi SEHATI menunjukkan peningkatan signifikan pada skor pengetahuan peserta setelah kegiatan. Kesimpulan: Hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Situ Gintung dipengaruhi oleh pola makan tinggi garam dan rendahnya kepatuhan pengendalian tekanan darah. Program SEHATI efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat, sehingga perlu dilaksanakan secara berkelanjutan dengan dukungan lintas sektor.

Background: Hypertension is one of the non-communicable diseases that is a major health problem in Indonesia and is known as a silent killer because it often does not cause symptoms until it causes serious complications such as stroke, heart disease, and kidney failure. In the service area of the UPTD Puskesmas Situ Gintung, the prevalence of hypertension is quite high, influenced by risk factors such as excessive salt intake, use of flavor enhancers, and lack of physical activity. Objective: To identify the factors influencing the incidence of hypertension and the effectiveness of the SEHATI intervention (Healthy Exercise Together & Physical Activity Education) in improving community knowledge. Method: This study used a quantitative descriptive design conducted from February 4 to 27, 2025, in the working area of the Situ Gintung Community Health Center. The population included all residents in 14 RWs, with samples taken using random sampling through a rapid survey method (30 RTs × 7 respondents). Primary data were collected through questionnaires and interviews with household members aged ≥15 years, while secondary data were obtained from the health center's 2024 health reports. Analysis was conducted descriptively, with problem prioritization using the USG method, cause analysis using a fishbone diagram, and problem-solving alternatives using the M.I.V/C method. Results: The prevalence of hypertension among respondents reached 61%. Most respondents consumed salty foods (67.1% daily or more), flavor enhancers (68.1% daily or more), and some consumed instant noodles at a high frequency (21.9% daily or more). The SEHATI intervention showed a significant increase in participants' knowledge scores after the activity. Conclusion: Hypertension in the work area of the UPTD Puskesmas Situ Gintung is influenced by a high-salt diet and low compliance with blood pressure control. The SEHATI program is effective in improving community knowledge, so it should be implemented continuously with cross-sectoral support.