EKSISTENSI TARI TIGEL DI ERA GLOBALISASI
Main Article Content
Abstract
Tari Tigel merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Melayu di Desa Rajik, Bangka Selatan, yang dahulu memiliki fungsi sakral dalam ritual adat dan pelestarian lingkungan. Namun, di tengah arus globalisasi, eksistensinya mengalami penurunan yang signifikan, terutama di kalangan generasi muda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan eksistensi Tari Tigel melalui pendekatan teori habitus Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan habitus masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya digital dan gaya hidup modern menyebabkan terputusnya regenerasi nilai-nilai budaya lokal. Para pelaku budaya tradisional kehilangan posisi simboliknya dalam arena sosial yang kini lebih mendukung nilai-nilai global. Teori habitus membantu menjelaskan bahwa pelestarian tradisi tidak cukup dilakukan secara simbolik atau seremonial, melainkan harus melalui reproduksi nilai budaya dalam struktur sosial masyarakat. Oleh karena itu, upaya revitalisasi Tari Tigel perlu diarahkan pada penguatan pendidikan budaya lokal, digitalisasi tradisi, dan pelibatan aktif generasi muda sebagai agen pewaris budaya.
Kata kunci: Tari Tigel, globalisasi, habitus, budaya lokal, Pierre Bourdieu.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.