LATAR BELAKANG DAN RASIONAL KEPERLUAN KONSELING PANCAWASKITA
Main Article Content
Abstract
Artikel ini membahas pendekatan Konseling Pancawaskita, suatu model konseling eklektik yang dikembangkan oleh Prof. Dr. H. Prayitno dan berakar pada kearifan lokal Indonesia. Konseling ini mengintegrasikan lima komponen utama yang memengaruhi perkembangan dan kesejahteraan individu, yakni nilai-nilai Pancasila, pancadaya (Takwa, Cipta, Rasa, Karsa, dan Karya), lirahid (lima dimensi kehidupan), likuladu (lima faktor eksternal), serta masidu (lima kondisi internal). Melalui pendekatan ini, konselor membantu klien menemukan makna dalam kehidupannya dengan mengungkap dan memaknai aspek-aspek Arti Dari Dalam (ADD), Arti Dari Luar (ADL), Keberadaan yang Sedang Ada (KSA), dan Keberadaan yang Mungkin Ada (KMA). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dasar, asumsi perilaku bermasalah, peran konselor, tahapan proses, teknik-teknik yang digunakan, serta kelebihan dan kelemahan dari Konseling Pancawaskita. Hasil analisis menunjukkan bahwa model ini memberikan pendekatan holistik yang relevan dengan konteks budaya Indonesia, meskipun masih memerlukan sosialisasi dan pengembangan yang lebih luas agar dapat diterapkan secara efektif dalam praktik konseling. Proses konseling mencakup lima tahap: pengantaraan, penjajagan, penafsiran, pembinaan, dan penilaian. Artikel ini menegaskan pentingnya penguasaan multidimensi dalam diri konselor untuk memfasilitasi transformasi klien menuju keberadaan diri yang lebih positif dan bermakna.
Kata kunci: Konseling Pancawaskita, Pancadaya, Gatra, Masidu, Likuladu, KSA, KMA, ADD, ADL.