GENDER DAN TEOLOGI PEMBEBASAN: ANTARA SPIRITUALITAS DAN KEADILAN SOSIAL 

Main Article Content

Faizatul Fikriah Naeji
Lu’lu Mumtaz
Naira Fazila Hazimah
Dadan Firdaus

Abstract

Artikel ini membahas relasi antara gender dan teologi pembebasan dalam Islam, dengan fokus pada dinamika spiritualitas dan upaya mewujudkan keadilan sosial. Penelitian ini menyoroti bagaimana narasi keagamaan yang didominasi tafsir patriarkis telah lama menempatkan perempuan dalam posisi subordinat, baik dalam praktik ritual, struktur keagamaan, maupun interpretasi teks suci. Namun, kemunculan gerakan feminisme Islam dan pendekatan teologi pembebasan menawarkan paradigma baru yang menantang dominasi tersebut melalui penafsiran ulang teks secara kritis dan kontekstual. Studi ini menelusuri pengalaman perempuan Muslim di berbagai ruang spiritual, seperti pesantren, tarekat, dan komunitas diaspora, yang menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya sebagai penerima ajaran agama, tetapi juga sebagai subjek teologis yang aktif, kreatif, dan transformatif. Praktik spiritual, seperti sufisme dan pengajian perempuan, menjadi arena untuk membangun otoritas keagamaan, resistensi terhadap struktur patriarkal, dan advokasi keadilan gender. Rekonstruksi teologi melalui hermeneutik feminis dan pendekatan kontekstual terhadap Al-Qur’an menegaskan pentingnya kesetaraan, musyawarah, dan keadilan relasional dalam kehidupan beragama. Artikel ini merekomendasikan penguatan studi gender dalam pendidikan keagamaan, peningkatan keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan spiritual, serta pengembangan jaringan solidaritas lintas komunitas. Dengan demikian, teologi pembebasan berperan sebagai kekuatan transformatif yang tidak hanya membebaskan perempuan dari penindasan struktural, tetapi juga mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil, setara, dan inklusif. Temuan ini menegaskan bahwa spiritualitas dan teologi dapat menjadi basis praksis sosial yang membebaskan dan memberdayakan seluruh gender.


The relationship between gender and liberation theology in Islam is examined in this article, with particular attention to the dynamics of spirituality and efforts to achieve social justice. The research emphasizes how patriarchal interpretations of religious narratives have long positioned women in a subordinate position, both in ritual practices, religious structures, and the interpretation of sacred texts; however, the rise of Islamic feminism and the liberation theology approach offers a new paradigm that challenges this domination through contextual and critical reinterpretation of texts. This study examines the experiences of Muslim women in various spiritual spaces, including pesantren, tariqahs, and diaspora communities, demonstrating that women are not only recipients of religious teachings but also active, creative, and transformative theological subjects. According to this article, women should be more involved in spiritual leadership roles, cross-community solidarity networks should be established, and gender studies in religious education should be strengthened. Therefore, liberation theology serves as a transformative force that promotes the development of a more equitable, inclusive, and just society in addition to releasing women from systemic oppression. These results demonstrate that the foundation of social praxis that empowers and liberates people of all genders can be found in spirituality and theology.

Article Details

Section

Articles

How to Cite

GENDER DAN TEOLOGI PEMBEBASAN: ANTARA SPIRITUALITAS DAN KEADILAN SOSIAL . (2025). Tashdiq: Jurnal Kajian Agama Dan Dakwah, 17(1), 11-20. https://ejournal.cahayailmubangsa.institute/index.php/tashdiq/article/view/5712

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.