PEMILU DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH: MENJEMBATANI NILAI-NILAI ISLAM DAN SISTEM DEMOKRASI
Main Article Content
Abstract
Pemilihan umum (Pemilu) merupakan elemen vital dalam sistem demokrasi modern sebagai sarana penyaluran kedaulatan rakyat. Di Indonesia, sebagai negara demokratis dengan mayoritas penduduk Muslim, pelaksanaan pemilu tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai keislaman yang luhur. Melalui pendekatan fikih siyasah, artikel ini mengkaji bagaimana prinsip-prinsip Islam seperti keadilan (‘adl), musyawarah (syura), amanah, dan tanggung jawab (mas’uliyyah) dapat diterapkan secara konstruktif dalam praktik pemilu Indonesia. Penelitian ini juga menyoroti dinamika sejarah pemilu dari masa kemerdekaan hingga era reformasi, peran strategis ulama dan organisasi Islam, serta tantangan aktual seperti politik uang, polarisasi identitas, dan politisasi agama. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun demokrasi berasal dari tradisi Barat, nilai-nilai inti seperti partisipasi publik, keadilan, dan akuntabilitas tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan landasan etika Islam, pemilu dapat menjadi instrumen untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Karena itu, integrasi nilai-nilai fikih siyasah dalam sistem demokrasi perlu terus diupayakan guna memperkuat legitimasi dan etika dalam kehidupan politik Indonesia.
Kata kunci: Fikih Siyasah, Pemilu, Demokrasi, Islam, Politik Indonesia.
Abstract
General elections are a vital component of modern democracy, serving as a mechanism for the realization of popular sovereignty. In Indonesia, a democratic country with a Muslim-majority population, elections are inseparable from Islamic values and ethics. Using the approach of fiqh siyasah (Islamic political jurisprudence), this paper explores how Islamic principles such as justice (‘adl), consultation (shura), trust (amanah), and accountability (mas’uliyyah) can be constructively implemented within Indonesia’s electoral practices. The study examines the historical evolution of elections from independence to the reform era, the strategic role of Islamic scholars and organizations, and current challenges such as vote-buying, identity polarization, and the politicization of religion. Findings reveal that although democracy originates from Western political thought, its core principles—public participation, justice, and accountability—align with Islamic teachings. With an ethical foundation rooted in Islam, elections can become a means of achieving public welfare (maslahah). Therefore, integrating fiqh siyasah values into democratic practices is essential to reinforce legitimacy and ethical standards in Indonesia’s political landscape.
Keywords: Fiqh Siyasah, Election, Democracy, Islam, Indonesian Politics.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.