PROTEKSI NIKEL INDONESIA PADA INDUSTRI BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN PERUSAHAAN HYUNDAI

Abstract

Being one of the countries that produce the largest carbon emissions in the world, the Indonesian government then decided to switch from fossil fuels to electric fuels. Indonesia is one of the countries that has nickel resources and this nickel commodity is the main raw material for batteries and electric vehicles. As the demand for nickel increases, it will have an impact on the availability of nickel resources in Indonesia. This research aims to analyze the steps taken by Indonesia to protect nickel and how collaboration between Indonesia and Hyundai will have an impact on increasing the value of Indonesian exports. The method used is qualitative research by collecting data through scientific procedures by individuals or researchers who are interested in studying the problem. The results of this study indicate that by partnering with Hyundai, Indonesia can develop various Electric vehicle battery facilities to encourage nickel downstreaming programs. The government is also implementing the National Industrial Development Plan (RPIN) program, which gives top priority to the electric vehicle sector between 2020 and 2035. With sales expected to increase by about 237% by 2022, the government also took the initiative to establish an international organization among nickel-producing countries. This is being done in the hope that member countries will mutually strengthen production and economic integration in the nickel sector.

Menjadi salah satu negara yang menghasilkan emisi karbon terbesar di dunia sehingga pemerintah Indonesia kemudian memutuskan untuk mengganti dari bahan bakar fosil menjadi bahan bakar listrik . Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumber daya nikel dan komoditas nikel ini menjadi bahan baku utama untuk baterai dan kendaraan listrik. Seiring meningkatnya permintaan nikel akan berdampak pada ketersediaan sumber daya nikel di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait langkah-langkah yang diambil Indonesia untuk memproteksi nikel dan bagaimana kolaborasi antara Indonesia dan Hyundai yang akan berdampak pada peningkatan nilai ekspor Indonesia. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif  dengan cara mengumpulkan data melalui prosedur ilmiah oleh individu atau peneliti yang tertarik untuk mengkaji masalah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bermitra dengan Hyundai, Indonesia dapat mengembangkan berbagai fasilitas baterai kendaraan Listrik untuk mendorong program hilirisasi nikel. Pemerintah juga melaksanakan program Rencana Pembangunan Industri Nasional (RPIN), yang memberikan prioritas utama pada sektor kendaraan listrik antara pada tahun 2020 sampai pada tahun 2035. Dengan penjualan yang diperkirakan meningkat sekitar 237% pada tahun 2022, pemerintah juga berinisiatif untuk mendirikan organisasi internasional antar negara-negara penghasil nikel. Ini dilakukan dengan harapan bahwa negara-negara anggota akan saling memperkuat produksi dan integrasi ekonomi di sektor nikel.