MAKNA SIMBOLIK TRADISI RUAH DESA DI DESA TEMPILANG DARI PROSES, MAKNA, DAN NILAI SOSIAL YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Main Article Content

Vebriansyah Pratama Putra
Charlie
Aldo Pramana

Abstract

Penelitian ini mengkaji makna simbolik tradisi Ruahan di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, dengan menyoroti proses pelaksanaan, nilai-nilai sosial, dan interpretasi budaya yang melekat di dalamnya. Tradisi Ruahan merupakan warisan budaya lokal yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan Sya’ban sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur, alam, dan Sang Pencipta, sekaligus menyambut bulan suci Ramadan. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini memanfaatkan teori interpretatif simbolik Clifford Geertz untuk mengungkap simbolisme yang tersembunyi di balik rangkaian prosesi, seperti ruahan, perang ketupat, naber darat dan laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap elemen dalam tradisi ini, mulai dari ketupat hingga sesaji, merupakan simbol yang merepresentasikan relasi harmonis antara manusia, alam, dan dimensi spiritual. Tradisi Ruahan bukan sekadar ritual tahunan, melainkan sistem makna yang memperkuat solidaritas sosial dan identitas budaya masyarakat Tempilang, serta menjadi media edukasi nilai-nilai kearifan lokal bagi generasi muda. Oleh karena itu, pelestariannya menjadi sangat penting sebagai kekuatan budaya di tengah arus modernisasi.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section

Articles

How to Cite

MAKNA SIMBOLIK TRADISI RUAH DESA DI DESA TEMPILANG DARI PROSES, MAKNA, DAN NILAI SOSIAL YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA. (2025). Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 8(7), 41-50. https://doi.org/10.9963/n4rcjf59

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.