MAKNA SIMBOLIK TRADISI MANDI BELIMAU DI DESA KIMAK, KECAMATAN MERAWANG, KABUPATEN BANGKA
Main Article Content
Abstract
Makna simbolik tradisi Mandi Belimau yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Tradisi yang telah berlangsung selama 300 tahun ini merupakan warisan budaya yang diperkenalkan oleh Depati Bahrin dan dilakukan setiap tahun menjelang bulan Ramadhan sebagai bentuk penyucian diri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara dan studi pustaka, serta menganalisis data menggunakan Teori Interaksionalisme Simbolik George Herbert Mead. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Mandi Belimau memiliki makna simbolik yang mendalam pada setiap elemennya. Air sumur yang didoakan melambangkan kesucian dan berkah komunitas, penggunaan angka tujuh dalam setiap bahan mencerminkan kesempurnaan spiritual, jeruk nipis sebagai simbol pembersihan fisik dan spiritual, serta ritual yang dimulai dari telapak tangan hingga seluruh tubuh menggambarkan tahapan penyucian komprehensif. Pakaian tujuh warna dan guci kuno berusia ratusan tahun memperkuat dimensi simbolik yang menghubungkan generasi masa lalu dengan masa kini. Dalam perspektif Interaksionalisme Simbolik, tradisi ini menunjukkan bagaimana makna dibentuk melalui interaksi sosial lintas generasi. Partisipasi dalam ritual tidak hanya menjalankan praktik budaya, tetapi juga membentuk identitas diri dan memperkuat solidaritas sosial. Tradisi Mandi Belimau bersifat inklusif tanpa memandang agama, suku, atau usia, menjadikannya sebagai medium penting dalam membangun kohesi sosial masyarakat. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelestarian tradisi sebagai bentuk mempertahankan identitas lokal dan sistem nilai di tengah modernisasi.
Kata kunci: Tradisi, Mandi Belimau, Makna Simbolik.
Abstract
The symbolic meaning of the Mandi Belimau tradition carried out by the people of Kimak Village, Merawang District, Bangka Regency. This tradition that has lasted for 300 years is a cultural heritage introduced by Depati Bahrin and carried out every year before the month of Ramadan as a form of self-purification. This research uses qualitative methods with interview techniques and literature studies, as well as analyzing data using George Herbert Mead's Symbolic Interactionism Theory. Research results show that the Mandi Belimau tradition has a deep symbolic meaning in every element. The well water that is prayed for symbolizes the purity and blessing of the community, the use of the number seven in each ingredient reflects spiritual perfection, lime as a symbol of physical and spiritual cleansing, and rituals that start from the palm to the whole body describe the stages of comprehensive purification. Seven-color clothing and ancient urns that are hundreds of years old reinforce the symbolic dimension that connects past generations with the present. In the perspective of Symbolic Interactionalism, this tradition shows how meaning is formed through social interaction across generations. Participation in rituals not only carries out cultural practices but also forms self-identity and strengthens social solidarity. The Mandi Belimau tradition is inclusive regardless of religion, ethnicity, or age, making it an important medium in building community social cohesion. This research emphasizes the importance of preserving tradition as a form of maintaining local identity and value system in the midst of modernization.
Keywords: Tradition, Mandi Belimau, Symbolic Meaning.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.