MAKNA SIMBOLIK TRADISI BEREBUT LAWANG DALAM ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT BELITUNG
Main Article Content
Abstract
Tradisi Berebut Lawang adalah salah satu warisan budaya masyarakat Melayu Belitung yang masih dipertahankan hingga kini dalam prosesi pernikahan. Tradisi ini melibatkan kegiatan berbalas pantun antara keluarga pengantin laki-laki dan perempuan sebagai bentuk simbolik dari kesiapan laki-laki dalam membina rumah tangga. Pantun yang disampaikan dalam proses ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi mengandung pesan moral, etika, serta nilai tanggung jawab seorang suami terhadap istri dan keluarganya. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur dengan landasan teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert Blumer, yang menekankan bahwa tindakan sosial terbentuk melalui makna simbolik hasil dari interaksi. Melalui tiga tahapan pintu (Lawang) dalam tradisi ini, Lawang Tukang Tanak, Lawang Panggong, dan Lawang Mak Inang terkandung pesan mendalam tentang peran laki-laki dalam pernikahan, seperti memberi nafkah, menjadi pemimpin keluarga, dan menjaga penampilan pasangan. Tradisi ini juga memperkuat hubungan sosial antar keluarga serta melestarikan seni berpantun yang menjadi identitas budaya masyarakat Belitung. Di tengah arus modernisasi, pelestarian tradisi ini menghadapi tantangan seperti menurunnya minat generasi muda dan pengaruh budaya luar. Oleh karena itu, penting adanya upaya bersama dari masyarakat dan pemerintah untuk menjaga keberlanjutan tradisi ini sebagai bagian dari kearifan lokal.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.