WARAK NGENDOG DAN DUGDERAN: WARISAN BUDAYA MULTIKULTURAL DI PASAR JOHAR SEMARANG
Main Article Content
Abstract
Pasar Johar di Kota Semarang tidak hanya dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi, tetapi juga sebagai ruang kultural yang merepresentasikan kekayaan tradisi masyarakatnya. Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah perayaan Dugderan, yang dilaksanakan menjelang bulan Ramadan dan telah menjadi bagian penting dari identitas kota. Dalam perayaan ini, simbol Warak Ngendog memegang peranan penting, mencerminkan warisan budaya multikultural yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Semarang. Warak Ngendog, makhluk mitologis hasil akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Tionghoa, menjadi ikon toleransi dan persatuan yang hidup di tengah masyarakat yang beragam. Dugderan dan simbol Warak Ngendog di Pasar Johar tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga harmoni dalam masyarakat yang heterogen. Tradisi ini menjadi cermin kehidupan multikultural Kota Semarang, di mana elemen ekonomi, budaya, dan spiritualitas berpadu dalam satu ruang publik yang inklusif. Pelestarian tradisi Dugderan di tengah modernisasi kota merupakan tantangan sekaligus peluang untuk terus merawat keberagaman budaya Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Warak Ngendog dan perayaan Dugderan menjadi simbol warisan budaya multikultural yang terus dipertahankan di ruang publik seperti Pasar Johar. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi lapangan, dan wawancara dengan tokoh masyarakat, pedagang, dan pelaku seni lokal.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.