PRAKTEK TRADISI PABAGASKON PADA ADAT TAPANULI DI RAMBAHAN BARU, KECAMATAN RAO SELATAN, KABUPATEN PASAMAN

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi degradasi tradisi di Rambahan Baru, ditandai ketidaktransparan mahar dan dominasi ego hatobangon dalam marpokat. Tujuannya mengidentifikasi tahapan dan makna filosofis tradisi tersebut. Metode kualitatif deskriptif diterapkan di Rambahan Baru dengan informan tokoh adat, masyarakat, dan pemuda. Pengumpulan data melibatkan observasi partisipatif (enam bulan), wawancara mendalam (sembilan belas informan), serta dokumentasi audiovisual. Validitas data diuji melalui triangulasi sumber dan teknik, dianalisis dengan reduksi data, penyajian, dan verifikasi kesimpulan. Temuan mengungkap tiga tahap inti: pertama, Marpokat (musyawarah pengundangan) membangun solidaritas; kedua, Markuras (persiapan gotong royong) memperkuat ikatan sosial; ketiga, Mebat (ritual puncak) mengukuhkan nilai kekerabatan. Makna esensial mencakup penghormatan melalui markobar (tutur adat) yang menjunjung kerendahan hati dan keharmonisan sosial, serta keikhlasan kolektif dalam pelestarian budaya. Ketiga tahap ini membentuk sistem kohesi sosial berbasis kebersamaan dan tanggung jawab komunal.