Abstract
Tradisi pengajian qira’at sab‘ah di pesantren merupakan representasi konkret dari Living Qur’an, yaitu Al-Qur’an yang hidup dalam praksis keseharian dan konstruksi budaya santri. Studi ini bertujuan untuk mengkaji resepsi santri terhadap praktik pengajian qira’at sab‘ah di Pondok Pesantren Miftahut Taufiq dengan menggunakan kerangka teoritik Horizon of Expectation dari Hans Robert Jauss. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif-hermeneutik dengan metode pengumpulan data melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam terhadap santri, pengajar, dan pengasuh pesantren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi qira’at sab‘ah tidak hanya dipahami sebagai transmisi keilmuan berbasis sanad dan riwayat, tetapi juga sebagai ekspresi spiritualitas yang membentuk identitas kolektif santri dalam ekosistem pesantren. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa horizon harapan santri terhadap tradisi tersebut mengalami transformasi seiring dengan dinamika zaman, teknologi, dan perubahan pola belajar. Santri mereinterpretasikan makna qira’at tidak sekadar sebagai kewajiban akademik, melainkan sebagai bentuk pencarian makna hidup, keintiman dengan wahyu, dan bagian dari legitimasi keberadaan mereka dalam tradisi keislaman yang otoritatif. Dengan demikian, studi ini menegaskan bahwa tradisi qira’at sab‘ah di pesantren merupakan wujud dinamis dari keberlangsungan teks suci yang tidak sekadar dibaca, tetapi dihayati dan diinternalisasi dalam kesadaran dan praksis keagamaan santri.