TRADISI BEGALAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BANYUMAS
Main Article Content
Abstract
Tradisi Begalan merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Banyumas yang mengandung nilai-nilai luhur gotong royong dan solidaritas sosial. Begalan, yang berasal dari kata "begal" dalam bahasa Jawa yang berarti "bergantian" atau "bergiliran", merupakan sistem kerja sama dalam bidang pertanian yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat pedesaan Banyumas sejak berabad-abad lalu. Dalam era globalisasi dan modernisasi, tradisi ini menghadapi tantangan serius akibat perubahan pola pikir masyarakat, urbanisasi, dan modernisasi pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna, pelaksanaan, dan relevansi tradisi Begalan dalam kehidupan masyarakat Banyumas kontemporer, serta mengkaji tantangan dan upaya pelestariannya. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui kajian literatur, dokumen historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Begalan tidak hanya berfungsi sebagai sistem ekonomi tradisional yang membantu mengurangi biaya produksi pertanian, tetapi juga sebagai media pemeliharaan kohesi sosial dan transmisi nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Tradisi ini mencerminkan empat nilai utama: gotong royong, solidaritas sosial, efisiensi ekonomi, dan kekeluargaan. Pelaksanaannya melibatkan kelompok 8-15 keluarga petani yang bekerja secara bergiliran di lahan masing-anggota, mencakup aktivitas mengolah tanah, menanam, menyiang, hingga memanen. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi, tradisi Begalan masih relevan sebagai solusi ekonomi alternatif bagi petani kecil, alat pemeliharaan kohesi sosial di tengah individualisme modern, dan model pemberdayaan masyarakat yang berbasis kearifan lokal. Penelitian ini merekomendasikan perlunya edukasi generasi muda, dokumentasi tradisi, integrasi dengan program pemerintah, dan adaptasi modern untuk menjaga keberlanjutan tradisi Begalan sebagai warisan budaya yang berharga.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Achjar, K. A. H., Rusliyadi, M., Zaenurrosyid, A., Rumata, N. A., Nirwana, I., & Abadi, A. (2023). Metode penelitian kualitatif: Panduan praktis untuk analisis data kualitatif dan studi kasus. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Asafiq, A. (2014). Tradisi Begalan Dalam Upacara Pernikahan Adat Banyumas (Studi Eksistensi, Perubahan Makna Dan Nilai Dalam Tradisi Begalan Di Kelurahan Pabuwaran Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas) (Doctoral dissertation, UIN SUNAN KALIJAGA).
Azizah, A. (2017). Studi kepustakaan mengenai landasan teori dan praktik konseling naratif (Doctoral dissertation, State University of Surabaya).
EVIANA, T. (2023). Makna Simbolik Seni Begalan Dalam Tradisi Pernikahan Kabupaten Banyumas.
Jailani, M. S., & Saksitha, D. A. (2024). Tehnik analisis data kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian ilmiah. Jurnal Genta Mulia, 15(2), 79-91.
Khasanah, I. L., & Kurnia, H. (2023). Melestarikan Budaya Banyumasan Melalui Dialek Bahasa Ngapak. Kulturistik: Jurnal Ilmu Bahasa dan Budaya, 7(2), 43-53.
Kusno, K., Makhful, M., Setyaningsih, E., Andriani, R., & Putri, E. A. (2023). Etnomatematika dalam Kesenian Banyumasan.
MARTHIAS, M. (2021). TRADISI BEGALAN DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2010-2020 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
Syafitri, E. R., & Nuryono, W. I. R. Y. O. (2020). Studi kepustakaan teori konseling dialectical behavior therapy. Jurnal BK Universitas Negeri Surabaya, 11(1), 53-59.
Wahyu, E. A. A., & Brata, N. T. (2020). Redefinisi makna tradisi begalan oleh sanggar sekar kantil dalam ritus pernikahan masyarakat Banyumas. Jurnal Budaya Etnika, 4(2), 86-97.