REPPRESENTASI RITUAL MALAM SATU SURO DI PETILASAN SRI AJI JAYABAYA (KEDIRI) MELALUI DOKUMENTER LOKAL: PERSPEKTIF SEMIOTIC MEDIA
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana ritual Malam Satu Suro di Petilasan Sri Aji Jayabaya, Kediri, direpresentasikan melalui dokumenter lokal dengan pendekatan semiotik media. Menggunakan metode kualitatif-deskriptif, riset melakukan analisis multimodal pada elemen visual, narasi, suara, dan simbol dalam dokumenter. Teori semiotik Charles Sanders Peirce dipakai untuk menelusuri bagaimana tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant) membentuk makna budaya ritual. Hasil menunjukkan dokumenter tidak hanya menggambarkan ritual dengan objektivitas, tetapi juga menciptakan interpretasi simbolik misalnya, penggunaan sesaji dan ritual visual sebagai tanda kekuatan leluhur. Media berfungsi sebagai arena konstruksi budaya, memperkuat nilai spiritual dan identitas lokal masyarakat Kediri. Temuan ini menegaskan peran media dalam produksi makna budaya, dan menjelaskan bagaimana dokumenter lokal dapat mengkomunikasikan sekaligus merekontekstualisasi ritual tradisional dalam masyarakat modern.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Asfahani, R. A. (2024). Baritan Malam 1 Suro di Batuaji Ringinrejo Kediri (Studi makna simbol solidaritas sosial perspektif Emile Durkheim) [Skripsi, IAIN Kediri].
Galuh Kusuma Hapsari. (2024). Makna komunikasi ritual masyarakat Jawa (Studi kasus pada tradisi perayaan Malam Satu Suro di Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, dan Pura Mangkunegaran Solo). COMPEDIART, 1(1).
Mulyani, M. (2023). Tradisi Malam Satu Suro dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat (Studi di Desa Kubuliku Jaya, Lampung Barat) [Diploma Thesis, UIN Raden Intan Lampung].
Pratiwi, D. A., & Febriana, P. (2021). Mystical Kejawen in Satu Suro Film. Indonesian Journal of Cultural and Community Development, 10. https://doi.org/10.21070/ijccd2021745
Ridlo, A., & Rochim, A. (2019). Makna ritual Malam Satu Suro: Perspeksi simbolis dan sinkretik.
Siburian, A. L. M., & Malau, W. (2018). Tradisi ritual bulan Suro pada masyarakat Jawa di Desa Sambirejo Timur Percut Sei Tuan. Gondang: Jurnal Seni dan Budaya, 2(1), 28–35.
Sobur, A. (2003). Semiotika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukarno, R. S. H., & Sutarmanto, H. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli produk wayang kulit pada masyarakat suku Jawa. Psikologika, 24, 119–135.
Sulistyorini, D., Sudardi, B., Warto, W., & Wijaya, M. (2017). Cultural commodification: representation of Pesarean of Mount Kawi as cultural tourism in Indonesian mass media. Journal of Intensive Studies on Language, Literature, Art, and Culture, 1(1).
Triastanti, D. (2020). Memanfaatkan tradisi Malam Satu Suro untuk mengomunikasikan Injil. Jurnal Teologi Praktika, 10(1), 40–47.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Vaia. (2025). Media theory: multimodal analysis. Retrieved from https://www.vaia.com
Vionita Rizkyka Ariyanto, & Tisakti. (2022). Aksi nilai pendidikan dalam arak‑arakan Malam Satu Suro. Apron: Edukasi Budaya dan Seni, 14(2), 12–26.
Walton, S. P. (2007). Aesthetic and spiritual correlations in Javanese gamelan music. The Journal of Aesthetics and Art Criticism, 65(1), 31–40.
Warto, W., & Wijaya, M. (2017). Presentation of Pesarean Gunung Kawi as cultural tourism in media. Journal of Intensive Studies on
Yusuf, M. (2013). Membentuk karakter melalui pendidikan berbasis nilai. Al‑Ulum, 13(1), 1–24.