EKSISTENSI KERAJINAN KAIN TENUN IKAT SEBAGAI EKONOMI KREATIF MASYARAKAT DESA BOMARI KABUPATEN NGADA, NTT
Main Article Content
Abstract
Seni kerajinan kain tenun ikat menjadi salah satu bentuk ekspresi budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang telah ditekuni sejak jaman dahulu. Kain tenun ikat dalam kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Timur tidak hanya sebatas kain tradisional yang berfungsi untuk melindungi tubuh, namun juga melambangkan cinta kasih dan kain tenun akan mendampingi mereka di sepanjang perjalanan hidupnya. Desa Bomari merupakan salah satu desa di Kabupaten Ngada yang menjadi pusat produksi seni kerajinan kain tenun ikat yang mempertahankan dan meneruskan warisan seni yang ditinggalkan oleh para leluhur mereka. Seiring berjalannya waktu kegiatan menenun tidak lagi semata-mata hanya dilakukan untuk menjalankan sebuah warisan tradisi, tetapi sudah berkembang menjadi salah satu mata pencaharian hidup karena dapat menghasilkan uang bagi kaum perempuan atau ibu rumah tangga di Desa Bomari. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memberikan pemahaman mengenai eksistensi kerajinan kain tenun ikat sebagai sumber ekonomi kreatif masyarakat Desa Bomari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Permasalahan dalam penelitian ini dianalisis secara mendalam melalui teori need for achievement oleh McClelland dan teori pilihan rasional oleh Coleman. Hasil penelitian menunjukan bahwa latar belakang perempuan di Desa Bomari berprofesi sebagai penenun karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah keinginan yang berasal dari diri penenun, seperti keinginan untuk mempertahankan dan mengembangkan warisan yang telah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur, keinginan untuk membantu sang suami dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga keinginan untuk mendapatkan pengakuan. Sedangkan faktor eksternal ialah keinginan yang berasal dari luar, seperti kurangnya lapangan pekerjaan bagi kaum perempuan di perdesaan dan faktor pendidikan yang ditempuh oleh kebanyakan perempuan di Desa Bomari tidak masuk dalam kriteria syarat lowongan pekerjaan pada zaman ini, dan juga penghasilan perkebunan tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Bergelutnya perempuan dalam industri kerajinan kain tenun ikat berimplikasi terhadap individu penenun, keluarga dan masyarakat.
The craft of weaving ikat fabric has become one of the forms of cultural expression of the people of East Nusa Tenggara that has been practiced since ancient times. In the lives of the people of East Nusa Tenggara, ikat woven fabric is not just a traditional cloth that serves to protect the body, but also symbolizes love and the woven cloth will accompany them throughout their life journey. Bomari village is one of the villages in Ngada Regency that is a center for the production of ikat weaving crafts that preserves and continues the artistic heritage left by their ancestors. Over time, weaving activities are no longer solely carried out to uphold a tradition, but have developed into a source of livelihood as it can generate income for women or housewives in Bomari village. The purpose of this research is to provide an understanding of the existence of woven ikat fabric crafts as a source of creative economy for the community of Bomari Village. This research uses a qualitative approach with ethnographic research methods. The data collection techniques used in this research are observation, interviews, and literature studies. The problem in this research are analyzed in depth through McClelland’s theory of need for achievement and Coleman’s rational choice theory. The research findings indicate that the background of women in Bomari Village is as weavers due to both internal and external factors. The internal factor includes desires that come from within the weavers themselves, such as the desire to preserve and develop the heritage that has been passed down through generations by their ancestors, the desire to assist their husbands in meeting daily living needs, and the desire to gain recognition. Meanwhile, the external factor refers to desires that arise from outside, such as the lack of job opportunities for women in rural areas, and the educational background of most women in Bomari Village does not meet the job vacancy criteria in this era, in addition to the fact that income from plantations is insufficient to cover daily living expenses. The involvement of women in the ikat weaving craft industry has implications for the individual weavers, their families, and the community.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang Press.
Joel, Priskila. 2020. “Peran Pemerintah Kabupaten dalam Pelestarian Kain Tradisional (Studi Pelestarian Kain Tenun Ikat di Kampung Raja Prailiu, Kabupaten Sumba Timur, NTT)” (skripsi). Denpasar: Universitas Udayana.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI-Press.
Nuraini & Falah. 2022. “Eksistensi Kain Tenun di Era Modern”. Jurnal ATRAT, Vol. 10, No. 2, Mei 2022: 163.
Rahaju, Endang Edi dkk. 2012. “Motivasi Wanita Bekerja dan Pengaruhnya Terhadap Kontribusi Pendapatan Keluarga”. Madiun. Jurnal Ekomaks, Vol. 1, No. 2: 80-94.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Torsina. 1987. Upaya dan Tujuan Guru. Bandung: Ghalia Indonesia.