MAKNA SIMBOLIK DAYOK NABINATUR DI ERA MODERN PADA MASYARAKAT PEMATANG RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN
Article Sidebar
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini mengkaji makna simbolik Dayok Nabinatur dalam masyarakat Simalungun di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, dalam konteks perubahan budaya akibat modernisasi. Dayok Nabinatur, sajian ayam utuh khas Simalungun, bukan hanya makanan seremonial, tetapi juga simbol restu, cinta kasih, dan pengakuan sosial dari orang tua kepada anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi, melibatkan lima informan yang dipilih secara purposif, serta teknik pengumpulan data melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terjadi perubahan bentuk dan cara penyajian, nilai-nilai simbolik tetap dipertahankan melalui transmisi keluarga dan kesadaran adat. Di tengah arus modernisasi, Dayok Nabinatur tetap hidup sebagai ekspresi identitas dan simbol budaya yang mengalami negosiasi makna antar generasi.
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Abdullah, I. (2002). Simbol, makna, dan pandangan hidup Jawa. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Agustianto, A. (2011). Makna simbol dalam kebudayaan manusia. Jurnal Ilmu Budaya, 8.
Creswell, J. W. (2016). Research design: Pendekatan metode kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Surabaya: Universitas Airlangga (Repositori UNAIR).
Diera, E. P. (2024). Relevansi makanan khas Dayok Nabinatur suku Simalungun dalam pembelajaran lintas budaya. HKBP Nomensen Pematang Siantar.
Geertz, C. (1983). The interpretation of cultures. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah (Repositori UM).
Hasanah, M. (2023). Hakikat modern, modernitas, dan modernisasi serta sejarah modernisasi di dunia barat. Religion: Jurnal Agama, Sosial dan Budaya.
Herusatoto. (1987). Simbolisme dalam budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Liliweri, A. (2002). Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Repositori UMSU).
Mahbubah, H. (2023). Hakikat modern dan modernitas serta sejarah modernisasi. Religion: Jurnal Agama, Sosial dan Budaya.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2007). Qualitative data analysis. Yogyakarta: UNY Press (Eprints UNY).
Moleong, L. J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Medan: UINSU Press (Repositori UINSU).
Nanda, C., & Sufiani. (2022). Dayok Nabinatur: Kearifan lokal Batak Simalungun dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. HKBP Nomensen Pematang Siantar.
Otner, S. (1979). Teori-teori antropologi kebudayaan. Medan: Universitas Negeri Medan (Repositori UNIMED).
Purba, S. D. M. (2017). Manuk (Dayok) Nabinatur: Sejarah kuliner Batak Simalungun Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun [Skripsi, Universitas Sumatera Utara].
Saragih, R. M. (2015). Kuliner tradisional suku Simalungun dalam budaya Nusantara. Universitas Sumatera Utara.
Sinaga, R. M. (2015). Kuliner tradisional suku Simalungun dalam budaya Nusantara. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta (Repositori UNPAS).
Sumarno. (2022). Seri Pengetahuan Tradisional Nusantara: Bunga rampai kuliner, pengobatan, dan teknologi tradisional. Yogyakarta: Lintang Pustaka Utama.
Sunjata, W. P. (2014). Kuliner Jawa dalam Serat Centhini. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Tempo. (2014). Antropologi Bumbu Nusantara. Jakarta: Tempo Inti Media Tbk.
Usman, H. (1995). Metodologi penelitian sosial. Medan: Universitas Negeri Medan (Repositori UNIMED).