Identitas Sosial Fujoshi Pada Gen Z di Provinsi Bangka Belitung
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini membahas tentang identitas sosial fujoshi di kalangan Gen Z, khususnya di Provinsi Bangka Belitung. Fokus utama dalam penelitian ini adalah bagaimana proses terbentuknya identitas sosial fujoshi di tengah budaya digital serta konsumsi konten Boys Love (BL) dari luar negeri. Penelitian ini menggunakan teori identitas sosial dari Henri Tajfel dan teori fandom dari Henry Jenkins sebagai pisau analisis dalam memahami proses identifikasi diri, afiliasi kelompok, serta keterlibatan dalam komunitas penggemar. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder. Teknik penentuan informan menggunakan metode snowball sampling dengan kriteria: 1) Lahir pada tahun 1997-2012 atau yang termasuk ke dalam umur Gen Z 2) Mengidentifikasi diri sebagai fujoshi, 3) Aktif dalam mengonsumsi dan mendiskusikan konten Boys Love, 4) Berdomisili di wilayah Bangka Belitung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi aktivitas fandom di media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas sosial fujoshi di kalangan Gen Z terbentuk melalui keterikatan terhadap narasi BL, keterlibatan dalam komunitas daring, serta internalisasi nilai-nilai fandom. Fandom BL menjadi ruang kultural alternatif yang memberi rasa memiliki, memberikan batas pemisah antara in group dan out group, sekaligus menjadi arena negosiasi identitas diri di tengah norma sosial yang heteronormatif. Selain itu, penelitian ini juga menggambarkan bagaimana media digital berperan penting dalam memperkuat solidaritas kelompok dan membentuk konstruksi identitas sosial fujoshi menjadi lebih kuat.
Kata Kunci: Fujoshi; Identitas Sosial; Gen Z; Fandom; Boys Love; Media Sosial
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Barker, C. (2004). Cultural Studies Teori & Praktik. Kreasi Wacana.
Creswell, J. W. (2017). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar.
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Pustaka Pelajar.
Heryanto, A., & Adi, R. (2020). Fandom Boys Love sebagai ruang aman bagi perempuan muda di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(2), 145–160.
Jenkins, H. (1992). Textual Poachers: Television Fans and Participatory Culture. Routledge.
McLelland, M. (2015). Love, Sex, and Democracy in Japan During the American Occupation. Palgrave Macmillan.
Mizoguchi, A. (2008). Male-Male Romance by and for Women in Japan: Between Fiction and Fantasy. University of Michigan.
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative Phenomenological Analysis: Theory, Method and Research. SAGE Publications.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Tajfel, H. (1979). Individuals and groups in social psychology. British Journal of Social and Clinical Psychology, 18(2), 183–190.
Turner, J. C., Hogg, M. A., Oakes, P. J., Reicher, S. D., & Wetherell, M. S. (1987). Rediscovering the Social Group: A Self-Categorization Theory. Basil Blackwell.