KARAKTERISTIK MASYARAKAT PESISIR SUKU BAJO DI PULAU WAKATOBI
Main Article Content
Abstract
This research examines the characteristics of the Bajo coastal community in Wakatobi Island through a qualitative approach using library research methods. The Bajo people as sea nomads demonstrate extraordinary adaptation to the maritime environment reflected in their over-water settlement systems, livelihood diversification, and sophisticated traditional ecological knowledge. Analysis reveals that their cultural identity manifests in vernacular stilt house architecture, democratic social structures with punggawa leadership, syncretic Islam-animism belief systems, and the Sama language as ethnic markers. Traditional knowledge encompasses astronomy-based navigation, marine biota classification, and sasi conservation practices demonstrating wisdom in resource management. Modernization challenges include climate change, tourism pressure, and disruption of intergenerational knowledge transmission. Community resilience capacity enables adaptation to changes while maintaining cultural identity. Integration of traditional ecological knowledge in Wakatobi National Park management through co-management models provides significant contributions to conservation and community empowerment. Community-based ecotourism development has potential to integrate conservation goals with sustainable livelihood strategies. This research contributes to maritime anthropology development and provides foundation for culturally sensitive sustainable development policies.
Keywords: Bajo people, coastal community, local wisdom, community-based conservation, Wakatobi
Abstrak
Penelitian ini mengkaji karakteristik masyarakat pesisir Suku Bajo di Pulau Wakatobi melalui pendekatan kualitatif dengan metode library research. Suku Bajo sebagai komunitas sea nomads menunjukkan adaptasi luar biasa terhadap lingkungan maritim yang tercermin dalam sistem permukiman di atas laut, diversifikasi mata pencaharian, dan pengetahuan ekologi tradisional yang sophisticated. Analisis menunjukkan bahwa identitas budaya mereka termanifestasi dalam arsitektur vernakular rumah panggung, struktur sosial demokratis dengan kepemimpinan punggawa, sistem kepercayaan sinkretis Islam-animisme, dan bahasa Sama sebagai penanda etnis. Pengetahuan tradisional mencakup navigasi berbasis astronomi, klasifikasi biota laut, dan praktik konservasi sasi yang menunjukkan kearifan dalam pengelolaan sumber daya. Tantangan modernisasi meliputi perubahan iklim, tekanan pariwisata, dan disruption transmisi pengetahuan antar generasi. Kapasitas resiliensi komunitas memungkinkan adaptasi terhadap perubahan sambil mempertahankan identitas budaya. Integrasi traditional ecological knowledge dalam pengelolaan Taman Nasional Wakatobi melalui model co-management memberikan kontribusi signifikan bagi konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat berpotensi mengintegrasikan tujuan konservasi dengan sustainable livelihood strategies. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan antropologi maritim dan memberikan dasar kebijakan pembangunan berkelanjutan yang sensitif budaya.
Kata Kunci: Suku Bajo, masyarakat pesisir, kearifan lokal, konservasi berbasis masyarakat, Wakatobi
Downloads
Article Details
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
How to Cite
References
Ariando, W. (2021). Developing a model for the integration of Bajau traditional ecological knowledge in the management of locally managed ecological knowledge in the management of locally managed marine area: A case study of Wakatobi Regency, Indonesia. Chula Digital Collections Chulalongkorn University Theses and Dissertations (Chula ETD) 2021.
Arifin, A., Kadir, I., Hasan, L. O. A., & Adhi, I. M. K. (2021). Komparasi Karakteristik Kawasan Permukiman Antara Zona Perairan Dan Zona Peralihan Studi Kasus Permukiman Pesisir Desa Lamanggau Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi. Jurnal Arsitektur TERRACOTTA, 3(1), 56–67. https://doi.org/10.26760/terracotta.v3i1.6064
Arifin, Kadir, I., & Hasan, L. O. A. (2021). Tipologi hunian pesisir di perkampungan Bajo desa Lamanggau Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi. Jurnal Malige Arsitektur, 3(2), 97–108.
Braun, V., & Clarke, V. (2022). Conceptual and design thinking for thematic analysis. Qualitative Psychology, 9(1), 3–26.
Dahrma, I. M. K. A., Ladianto, A. J., & Hamundu, W. O. N. (2020). Wujud kearifan lokal masyarakat suku bajo terhadap orientasi bangunan pemukiman dalam merespons iklim tropis. SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI TERAPAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (SNT2BKL), 16–25. http://ojs.uho.ac.id/index.php/snt2bkl/article/view/5265
Fajriani, A., & Susilawati. (2023). Literature Review : Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Pesisir Melalui Tanaman Mangrove. Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat (The Journal of Public Health), 5(1), 56–66. https://doi.org/10.55340/kjkm.v5i1.1198
Hak, I., & Ibrahim. (2023). Tradisi Riolo Sebagai Resiliensi Komunitas: Praktik Sosial Masyarakat Adat Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dataran Tinggi, Gowa. Vox Populi, 5(2), 266–285. https://doi.org/10.24252/vp.v5i2.34886
Hasrawaty, E., Anas, P., & Wisudo, S. H. (2020). Peran Kearifan Lokal Suku Bajo dalam Mendukung Pengelolaan Kawasan Konservasi di Kabupaten Wakatobi. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 11(1), 25–34. https://doi.org/10.33378/jppik.v11i1.83
Herlina, Juhaepa, & Supiyah, R. (2023). EKSISTENSI MASYARAKAT SUKU BAJO DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI DUATA (PENGOBATAN) PADA MASYARAKAT DI DESA MOLA SELATAN KECAMATAN WANGI- WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI. Gemeinschaft: Jurnal Masyarakat Pesisir Dan Perdesaan, 2(1), 1–7. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.52423/gjmpp.v2i1.12675
Jufriansah, A., Khusnani, A., Wahyuningsih, & Fitri, M. (2022). Etnoastronomi, Kearifan Lokal Masyarakat Suku Bajo Wuring dalam Navigasi Menggunakan Rasi Bintang di MTs Muhammadiyah Wuring Nangahure. Jurnal Abdimas Patikala, 1(4), 215–220.
Lasaiba, M. A., Touwe, S., & Riry, R. B. (2024). Tradisi Pesta Laut Kago Ago di Buton : Menggali Nilai Religiusitas dan Kearifan Lokal. Jurnal Lani : Kajian Ilmu Sejarah Dan Budaya, 5(2), 117–133. https://doi.org/https://doi.org/10.30598/Lanivol5iss2page117-133
Maulana, I., & Perkasa, D. H. (2024). ADAPTASI BUDAYA DAN TANTANGAN PENYESUAIAN EKSPATRIAT DI NEGARA TUAN RUMAH. MAPIRA: Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Kewirausahaan, 4(2), 70–79.
Samah, A. A., Maruf, A., Ahmad, N., & Hamsan, H. (2024). Understanding Local Perceptions of Impacts of Climate Change Among Small-Scale Sama-Bajau Fishers and Their Patrons in Wakatobi National Park, Indonesia. Shima, 18(1), 162–180. https://doi.org/10.21463/shima.223
Saputra, R. M., Somantri, G. R., Subroto, A., & Masetio. (2024). Socio-Cultural Dimensions in the Development of Indonesian Maritime Strength : Strengthening Maritime Identity and Resilience Archipelago Society. JED (Jurnal Etika Demokrasi), 9(3), 302–322. https://doi.org/10.26618/jed.v%vi%i.15467
Suhardiman, D., Ariando, W., Supriadi, D. A., & Indrabudi, T. (2025). Bakelam: Sea nomads’ knowledge systems and potential building block for living with change. Political Geography, 119(April), 103335. https://doi.org/10.1016/j.polgeo.2025.103335
Turasih. (2022). Konstruksi Sosial Kearifan Lokal Kaombo Laut pada Masyarakat Pulau Binongko, Kepulauan Wakatobi. Syekh Nurjati: Jurnal Studi Sosial Keagamaan, 2(2), 120–140.