TRADISI PEH CUN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DAN WARISAN BUDAYA TIONGHOA BENTENG DI TANGERANG

Main Article Content

Zahra Salsabila Rahma
Eko Ribawati

Abstract

Tradisi Peh Cun, yang berakar dari penghormatan terhadap penyair Qu Yuan di Tiongkok kuno, telah mengalami akulturasi di Tangerang dan menjadi ekspresi identitas budaya serta sarana integrasi sosial masyarakat Tionghoa Benteng. Penelitian ini membahas sejarah dan asal-usul tradisi, bentuk pelaksanaannya di Sungai Cisadane, serta nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya, seperti kebersamaan, gotong royong, pelestarian budaya, penghormatan leluhur, inklusivitas, toleransi, dan kesadaran lingkungan. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif dan studi pustaka melalui jurnal, artikel dan buku. Tradisi ini berperan penting dalam memperkuat identitas budaya masyarakat Tionghoa Benteng dan mendorong integrasi sosial melalui interaksi lintas etnis, dengan dukungan dari pemerintah daerah. Namun, tradisi Peh Cun menghadapi tantangan modernisasi, termasuk menurunnya minat generasi muda, dampak urbanisasi, dan minimnya dokumentasi. Untuk melestarikannya, diperlukan strategi edukatif, kolaborasi lintas sektor, dan pemberdayaan generasi muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Peh Cun bukan hanya ritual, tetapi juga fondasi penting bagi identitas sosial dan nasional dalam keberagaman Indonesia.


 


          The Peh Cun tradition, rooted in the reverence of the poet Qu Yuan in ancient China, has undergone acculturation in Tangerang and has become an expression of cultural identity and a means of social integration of the Benteng Chinese community. This study discusses the history and origins of the tradition, its implementation in the Cisadane River, and the values of local wisdom contained therein, such as togetherness, mutual cooperation, cultural preservation, respect for ancestors, inclusiveness, tolerance, and environmental awareness. The research method used is a qualitative method and literature study through journals, articles and books. This tradition plays an important role in strengthening the cultural identity of the Benteng Chinese community and encouraging social integration through cross-ethnic interactions, with support from the local government. However, the Peh Cun tradition faces challenges of modernization, including declining interest from the younger generation, the impact of urbanization, and minimal documentation. To preserve it, educational strategies, cross-sector collaboration, and empowerment of the younger generation are needed. This study concludes that Peh Cun is not only a ritual, but also an important foundation for social and national identity in Indonesia's diversity.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section

Articles

Author Biographies

Zahra Salsabila Rahma, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Eko Ribawati, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

How to Cite

TRADISI PEH CUN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DAN WARISAN BUDAYA TIONGHOA BENTENG DI TANGERANG. (2025). Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 9(4), 101-110. https://doi.org/10.9963/bj3btm29

References

Nasir, M. S. G. (2019). “Tambur Peh-Cun sebagai iringan lomba perahu naga dalam upacara Peh-Cun di Tangerang Banten”. Selonding: Jurnal Etnomusikologi, 15(1), 20.

Rosyadi. (2010). “Festival Peh Cun: Menelusuri Etnis Cina di Kota Tangerang”. Petanjala, 2(1), 18-34.

Theodora, J., & Aryani, D. I. (2022). “Pemaknaan tradisi Peh Cun di Indonesia: Visualisasi dalam koleksi Ready-to-Wear Deluxe bagi generasi muda dengan gaya hidup urban”. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 6(2), 267–280.

Thresnawaty S., E. (2015). “Sejarah sosial-budaya masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang”. Patanjala, 7(1), 49–64.

Uyun, Z., Maryuni, Y., & Fauzan, R. (2023). “Perkembangan tradisi Peh Cun di Kali Cisadane Kota Tangerang pada tahun 2000-2019”. Dewaruci: Jurnal Sejarah dan Pengajarannya, 2(2), 11–11.

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 4 5 > >> 

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.