AMPLIFIKASI TRAUMA DI MEDIA SOSIAL DAN KRISIS TANGGUNG JAWAB DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT SOSIAL

Main Article Content

Dayinta Hutabarat
Christian Samuel Pangaribuan

Abstract

Abstract

                   This study examines the phenomenon of trauma dissemination on social media, which no longer serves merely as a personal expression but has evolved into a form of social identity, a tool for validation, and even a means of exercising power. In this context, trauma narratives are used to gain empathy, attention, and public support, thereby creating a social pressure to express constant sympathy. Using a social philosophy approach—particularly through the thoughts of Emmanuel Levinas—this research explores how empathy, which should be ethical and relational, transforms into moral dominance that is transactional in nature. Trauma is no longer just an experience but a social symbol capable of creating imbalances in human relationships. This research employs a qualitative method with a library research design. Data is collected through document analysis of philosophical theories, academic articles, and social media narratives. The analysis technique used is critical discourse analysis to identify main themes such as trauma identity, demands for empathy, power relations, and the crisis of social responsibility. The findings indicate that when trauma is strategically mobilized, it can shift ethical responsibility into a form of moral legitimacy that silences criticism and hinders open dialogue. This phenomenon reflects a relational crisis in today’s digital society.


Keywords: Trauma, Social Media, Empathy, Responsibility, Emmanuel Levinas, Moral Crisis.


 


Abstrak

          Penelitian ini membahas fenomena penyebaran trauma di media sosial yang tidak lagi sekadar sebagai ekspresi pribadi, tetapi telah menjadi bagian dari identitas sosial, alat validasi, dan bahkan alat kuasa. Dalam konteks ini, narasi trauma digunakan untuk mendapatkan empati, perhatian, dan dukungan publik, yang pada gilirannya menciptakan tekanan sosial untuk bersimpati secara terus-menerus. Dengan menggunakan pendekatan filsafat sosial, khususnya melalui pemikiran Emmanuel Levinas, penelitian ini menelaah bagaimana empati yang seharusnya bersifat etis dan relasional justru berubah menjadi dominasi moral yang transaksional. Trauma tidak hanya hadir sebagai pengalaman, melainkan menjadi simbol sosial yang dapat membentuk ketimpangan relasi antarmanusia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Data dikumpulkan melalui analisis dokumen terhadap teori-teori filsafat, artikel akademik, serta narasi yang berkembang di media sosial. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kritis untuk mengidentifikasi tema-tema utama seperti identitas trauma, tuntutan empati, relasi kuasa, dan krisis tanggung jawab sosial. Hasil kajian menunjukkan bahwa trauma, ketika dimobilisasi secara strategis, dapat menggeser tanggung jawab etis menjadi alat legitimasi moral yang membungkam kritik dan menutup ruang dialog. Fenomena ini mencerminkan krisis relasional dalam masyarakat digital kontemporer.


Kata kunci: Trauma, Media Sosial, Empati, Tanggung Jawab, Filsafat Emmanuel Levinas, Krisis Moral.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section

Articles

How to Cite

AMPLIFIKASI TRAUMA DI MEDIA SOSIAL DAN KRISIS TANGGUNG JAWAB DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT SOSIAL. (2025). Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 8(2), 51-60. https://doi.org/10.9963/k150e866

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.