Korean Wave dan Fenomena Fetisisme Komoditi di Media Sosial (Studi Pada Aktivitas Jual Beli Kebaya Labelling Korea di TikTok)

Main Article Content

Emelia Dwinta
Prof. Dr. Bustami Rahman, M.Sc
Herza, M.A

Abstract

Penelitian ini menganalisis terkait Korean Wave dan fetisisme komoditi di media sosial studi pada aktivitas jual beli kebaya labelling Korea di TikTok. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini yaitu bagaimana wujud fetisisme komoditi dalam aktivitas jual beli kebaya labelling Korea di TikTok serta bagaimana proses penggemar Korean Wave yang membeli kebaya labelling Korea menjadi masyarakat penikmat kebutuhan palsu. Analisis Teori yang digunakan untuk menJawab pertanyaan penelitian yakni teori kebutuhan palsu yang dikemukakan Herbert Marcuse sebagai pisau analisis penelitian. Metode penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan netnografi. Sumber data yang digunakan yakni data primer dan data sekunder. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling yang sesuai dengan kriteria tertentu yaitu: 1). Informan penggemar Korean Wave dengan rentan usia 15-25 tahun. 2). Informan penggemar yang membeli produk kebaya Korea di 2 toko online TikTok Surau kebaya, dan Kebaya KNF. 3). Informan yang menjual kebaya labelling Korea dengan penjualan terlaris di aplikasi TikTok yakni Surau kebaya dan juga kebaya KNF. Hasil penelitian menunjukan bahwa fenomena jual beli kebaya dengan pelabelan “Korea” di TikTok mencerminkan penetrasi korean wave dalam ranah budaya lokal. Kebaya yang diberi sentuhan gaya Korea diposisikan sebagai simbol modernitas, keanggunan, dan status sosial, sehingga membentuk citra komoditas yang tidak hanya bernilai fungsi tetapi juga nilai simbolik. Melalui perspektif fetisisme komoditi, ditemukan bahwa konsumen cenderung mengaitkan kebaya labeling Korea dengan gaya hidup ideal yang dikonstruksi media, sehingga terjadi pergeseran makna dari fungsi pakaian tradisional menjadi representasi identitas dan gengsi. Praktik ini juga menunjukkan adanya kesadaran palsu, di mana konsumen memandang produk tersebut sebagai kebutuhan, padahal merupakan hasil konstruksi kapitalisme budaya. Media sosial, khususnya TikTok, berperan signifikan sebagai medium promosi yang memperkuat narasi estetika dan citra produk, sehingga mendorong perilaku konsumtif berbentuk kebutuhan palsu yang dipengaruhi tren global.


 


Kata Kunci: Korean Wave; Kebaya Labelling Korea; TikTok; Fetisisme Komoditi; Kebutuhan Palsu

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section

Articles

How to Cite

Korean Wave dan Fenomena Fetisisme Komoditi di Media Sosial (Studi Pada Aktivitas Jual Beli Kebaya Labelling Korea di TikTok). (2025). Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 11(4), 41-50. https://doi.org/10.9963/n60d7g06

References

Amira, I. (2020).Budaya Populer Korea Selatan (K-POP) Dan Perilaku Konsumtif Penggemar Grup Musik Korea Selatan: Studi Pada Kasus EXO-L Makas Latto. Skripsi, Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Aqidah, W. (2021). Fetisisme Komoditas Pada Perilaku Konsumsi Penggemar Budaya Korea Melalui Tayangan Drakor dan K-Pop (Studi Fenomenologi pada Mahasiswi Universitas Islam Zainul Hasan Genggong Probolinggo). Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, Dan Ilmu Sosial, 15, 258–.

Bungin Burhan. (2023). Netnography Social Media Research Procedure, Big Data & Cybercommunity Kritik Terhadap Kozinet.

Kozinet. (2010). Netnography. Doing ethnographic research online. In International Journal of Advertising (Vol. 29, Issue 2). https://doi.org/10.2501/S026504871020118X

Priyowidodo, gatut. (2019). Monograf Netnografi Komunikasi Aplikasi Pada Tiga Riset Lapangan.Monograf_Netnografi_Komunikasi_Aplikasi

Putri, M., Narawati, C., Rebecca, Lisnawaty, Y., & Pradita. (2022). Pengaruh Korean Waves Terhadap Fashion Remaja Indonesia. 1(1), 138–153. https://doi.org/10.11111/nusantara.xxxxxxx

Putri, N. A., & Hidayat, A. A. (2021). Budaya Indis Pada Kebaya Abad ke-20. Historia Madania, 05(01), 49–64.

Putri, N. A., & Hidayat, A. A. (2021). Budaya Indis Pada Kebaya Abad ke-20. Historia Madania, 05(01), 49–64.

Sa’adah, A. N., Rosma, A., & Aulia, D. (2022). Persepsi Generasi Z Terhadap Fitur TikTok Shop Pada Aplikasi TikTok. Transekonomika: Akuntansi, Bisnis Dan Keuangan, 2(5), 131–140. https://doi.org/10.55047/transekonomika.v2i5.176

Saeng Valentinus. (2012). Herbert Marcuse Perang Semesta Melawan Kaapitalisme Global.

Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif. In Analisis Data Kualitatif. https://core.ac.uk/download/pdf/228075212.pdf

Santoso, R. E., Widyastuti, T., Sakuntalawati, L. R. D., Josef, A. I., & Affanti, T. B. (2019). Perubahan nilai dan filosofi busana kebaya di Jawa Tengah. Brikolase : Jurnal Kajian Teori, Praktik Dan Wacana Seni Budaya Rupa, 11(1), 32–42. https://doi.org/10.33153/brikolase.v11i1.2479

Sari, A. clara et all. (2018). Komunikasi dan Media Sosial. Jurnal The Messenger, 3(2), 69.

Setiawan, I. (2023). Antonio Gramsci dan Teori Hegemoni: Pemahaman Tentang Kekuasaan, Budaya Dan Struktur Sosial.

Zuchri, A. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. In Jurnal Sains dan Seni ITS (Vol. 6, Issue 1). http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1

Most read articles by the same author(s)

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.